Militer.or.id : Berita Militer Indonesia dan Dunia

Rusia Belum Bisa Akhiri Catatan Buruk Sejarah Kapal Induk

TASS

Admiral Kuznetsov, satu-satunya kapal induk Rusia bernasib apes karena galangan kering yang sedang digunakan untuk memperbaikinya tiba-tiba tenggelam. Padahal Rusia tidak memiliki galangan lain yang bisa menampung kapal besar tersebut.

Kejadian ini semakin memperpanjang nasib buruk Admiral Kuznetsov yang selama ini banyak dikritik sebagai kapal yang sudah tidak layak lagi. Selain ke mana-mana harus ditemani kapal tug untuk mengantisipasi jika mogok di laut, kapal ini juga mengepulkan asap tebal setiap berlayar. Bahkan saking tebalnya, bisa dilihat dari ruang angkasa.

Rusia memang tidak memiliki sejarah terlalu menyenangkan jika berkaitan dengan kapal induk. Bahkan rencana untuk membangun kapal induk baru juga banyak yang meragukan. Terbukti, bahkan galangan kering untuk kapal besar pun hanya punya satu dan itupun tenggelam.

Rusia saat ini hanya memiliki satu kapal induk yang dikenal sebagai Admiral Kuznetsov. Negara ini sedang berencana membangun kapal induk baru untuk menggantikan kapal tua peninggalan Soviet tersebut.

Sejarah memang tidak bisa ditutupi ketika Soviet jatuh bangun membangun kapal induk. Meski secara tradisional   kekuatan militer utama Soviet berada di darat, Negara ini tidak asing dengan desain dan pembangunan kapal induk selama ratusan tahun sejarahnyanya sejak Negara masih dalam bentuk kekaisaran.

Sejarah  Rusia meluncurkan pesawat dari kapal  secara teknis dimulai pada tahun 1904 dengan Rus, sebuah kapal yang dibangun Jerman dan diubah menjadi aerostat-carrier oleh Angkatan Laut Imperial Rusia untuk melakukan pengintaian laut jarak jauh. Dengan munculnya pesawat amfibi pada Perang Dunia I, Rusia bergabung dengan kekuatan lain dalam mengkonversi kapal guna  membawa pesawat ini.

Semuanya dimulai dengan Orlitsa, sebuah kapal yang dibeli dari Inggris pada tahun 1903 dan diubah menjadi kapal pesawat amfibi yang membawa pesawat pada tahun 1915 oleh Putilov Wharf.

Oriltsa dilengkapi dengan 4 pesawat M-9 jenis amfibi. Kapal mengangkat dan menurunkan pesawat ke dalam air dengan menggunakan derek.  Mesin dan boiler yang dilengkapi dengan jaring khusus untuk melindungi serangan  bom musuh.

Terlibat dalam  pertempuran di Laut Baltik, kapal itu dilucuti dan diganti Sovet pada tahun 1918, dan dipindahkan ke Timur Jauh dan dipensiun  pada tahun 1964.

Selain Orlitsa, Angkatan Laut Kekaisaran menerjunkan dua kapal uap lainnya, Kaisar Alexander I dan Kaisar Nikolai I, kapal yang dibeli dari Inggris pada tahun 1913, dan diubah untuk digunakan sebagai operator pesawat amfibi pada tahun 1916.

Kapal-kapal itu dipersenjatai dengan senapan mesin 6×120 mm dan 2×57 -MM dan masing-masing membawa  antara 7-8 pesawat amfibi. Melayani di Laut Hitam selama Perang Dunia I, kapal-kapal melakukan berbagai operasi melawan pasukan Turki dan Jerman.

Alexander I
Alexander I

Pada  1919, Alexander I, berganti nama menjadi Republican setelah Revolusi Februari. Kapal direbut  oleh pasukan Prancis dan dibawa kembali ke Prancis. Pada tahun 1942, kapal itu tenggelam oleh Bomber Angkatan Udara AS di lepas pantai Indocina. Sementara Kaisar Nikolai I, mengalami nasib serupa. Berganti nama menjadi ‘Aviator’ pada Mei 1917, kapal itu direbut oleh Jerman, dipindahkan ke negara Ukraina yang memisahkan diri, dan kemudian ke pemerintah Prancis.

Setelah kekalahan militer Prancis pada tahun 1940, Inggris mengambil alih banyak kapal dagang Prancis, termasuk Aviator. Pada tahun 1942, kapal kandas di lepas pantai Gabon, ditinggalkan, dan hancur oleh gelombang.

Kommuna 'shock barge'
Kommuna ‘shock barge’

Pada tahun 1918, pada awal Perang Saudara Rusia, Tentara Merah menugaskan proyek yang menarik yang disebut Volga Flotilla. Pelaut mengkonversi  tongkang tua yang membawa minyak menjadi pembawa pesawat amfibi, dan hasilnya adalah Kommuna ‘shock barge’,  sebuah tongkang ‘kejutan ‘ yang dilengkapi dengan  9 pesawat kapal, termasuk 6 M-9 dan 3 pesawat era Perang Dunia I yang dibangun Perancis Newport 17.  Pesawat  ini digunakan untuk mengumpulkan intelijen, dan membom benteng lawan.

Next: Rencana Berantakan di Periode Antar Perang

Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *