Sinkronisasi Data Antar Jet Tempur China, Rusia dan AS?

Sinkronisasi Data Antar Jet Tempur China, Rusia dan AS?

Jet tempur MiG-29SE Angkatan Udara Sudan (SAF) © Melting Tarmac Images via Wikimedia Commons

Militer.or.id – Jangan sampai terjebak dengan “propaganda” yang mengatakan bahwa saling berbagi atau bertukar data antara platform jet tempur buatan AS, Rusia dan China adalah sesuatu yang sulit dan bahkan mustahil.

Karena Sudan bahkan telah membuktikan dan menerbangkan jet-jet tempur yang berasal dari Rusia dan China bersama dengan jet tempur buatan Amerika Serikat dan jet-jet itu saling berbagi data di antara mereka, menurut Kepala Staf Angkatan Udara Sudan, yang dilansir dari laman Defense News.

“Para insinyur Sudan telah mampu membuat adaptasi antara platform blok Timur dan blok Barat”, tutur Letnan Jenderal Salah Eldin Abdelkhaliq Saeed dalam Simposium AirPower Manama yang kedua bulan ini.

Jet tempur Su-25SM Angkatan Udara Rusia. © Alan Wilson via wikimedia.org

Menambahkan bahwa mereka bahkan telah mengintegrasikan radar Amerika, Rusia dan China dalam sebuah pusat komando dan kontrol. Angkatan Udara Sudan disebut telah menyediakan semua platform yang menyatu dengan sistem pengawasan dan perangkat komunikasi Sudan.

Pesawat angkut militer, C-130J Super Hercules © US Air Force via Wikimedia Commons

Sejumlah jet tempur buatan Rusia yang beroperasi di Sudan termasuk Mig-29, Mig-23, Su-24, Su-25 dan Su-35, serta pesawat angkut militer Antonov AN-26, AN-30, AN-32, AN-12 dan Ilyushin Il-76.

Sudan menjadi negara Arab pertama yang menerima jet tempur multiperan Su-35 buatan Rusia © Dmitriy Pichugin via Wikimedia Commons

Angkatan Udara Sudan (SAF) juga mengoperasikan jet tempur buatan China seperti A-5, PT-6, FTC-2000 dan K-8. Selain itu, Sudan juga memiliki pesawat angkut militer C-130 Hercules buatan Amerika Seriakt, helikopter Puma buatan Prancis dan helikopter Bo 105 buatan Jerman.

Jet latih tempur K-8 Angkatan Udara Sudan (SAF) yang merupakan varian ekspor JL-8 buatan China © Eduard Onyshchenko via Wikimedia Commons

Saeed mencatat bahwa banyak pesawat militer buatan Eropa serta Amerika tidak dapat dioperasikan oleh Angkatan Udara Sudan karena tidak ada suku cadang untuk platform tersebut, dan Sudan tidak memiliki kemampuan pemeliharaan untuk memperbaruinya.

Helikopter ringan multi-peran MBB Bo 105 © Gerd 72 via Wikipedia

Hal ini terutama disebabkan oleh sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat ke Sudan yang mencegah negara Afrika tersebut dari bekerja sama dengan beberapa perusahaan asal Amerika dan juga Eropa.

AS telah mencabut beberapa sanksi yang diterapkan ke Sudan pada Oktober 2017, tetapi Sudan tetap berada dalam daftar negara sponsor terorisme. Pembatasan pada daftar itu “termasuk pembatasan pada bantuan asing dari AS” dan larangan ekspor serta penjualan alat pertahanan kepada Sudan, menurut Departemen Luar Negeri AS.

Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.

administrator
Menyebarkan berita berita <a><b>Militer Indonesia</b></a> dari media media mainstream Asia dan Indonesia. Mendambakan Kekuatan Militer Indonesia menjadi salah satu yang disegani kembali di kawasan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *