Skuadron Udara TNI AU Tahun ’60-an : Strong and Lethal

Skuadron Udara TNI AU Tahun ’60-an : Strong and Lethal

27 April 2017

Deretan pesawat pembom strategis Tu-16 Badger-A AURI (photo : TNI AU)

Indonesia pernah menjadi kekuatan udara yang disegani di kawasan Asia. Masa keemasan TNI AU adalah pada tahun 1965 dimana saat itu TNI AU (waktu itu namanya AURI = Angkatan Udara Republik Indonesia) mempunyai 17 Skuadron Udara (dalam istilah TNI AU disebut “Skadron”). Banyak data dalam tulisan ini yang diambil dari SIPRI dan Scramble untuk menggambarkan kekuatan udara pada masa tersebut..

SKUADRON TEMPUR

MiG-15UTI/CS-102 AURI (photo : TNI AU)

Untuk keperluan Operasi Trikora, dalam waktu yang singkat Indonesia dapat mengakuisisi pesawat tempur buatan Uni Sovyet. Pesawat yang diakuisisi terdiri dari MiG-15UTI (versi jalur produksi Cekoslawakia yang dinamakan CS-102) sebanyak 30 unit pada tahun 1958. 

Pada tahun 1959 dilakukan pembelian lagi MiG-17 serie F dan PF sebanyak 49 unit terdiri dari jalur produksi Polandia (LIM-5) sebanyak 30 unit dan 7 unit LIM-5P (MiG-17PF), menyusul kemudian dari jalur produksi China sebanyak 12 unit MiG-17F (dikenal dengan nama Type 56/ Shenyang J-5).

Pada tahun 1961 pembelian dilakukan lagi, kali ini langsung melalui jalur produksi Uni Sovyet dan Indonesia mendapatkan pesawat tempur MiG-19S sebanyak 20 unit dan MiG-21F-13 sebanyak 30 unit.

MiG-17/LIM-5 AURI (photo : Adrie)

Skuadron 11 Abdulrachman Saleh, Malang
Skuadron 11 yang bertempat di pangkalan udara Abdulrachman Saleh Malang mengoperasikan pesawat yang menggunakan jalur produksi non Uni Sovyet yaitu CS-102, MiG-17F, LIM-5, dan LIM-5P.

MiG-19S AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 12 Kemayoran, Jakarta
Skadron 12 yang bertempat di pangkalan udara Kemayoran Jakarta mengoperasikan pesawat tempur yang dibuat melalui jalur produksi Uni Sovyet yaitu MiG-19S, dan MiG-21F13.

MiG-21F13 AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 14 Iswahjudi, Madiun
Skadron 14 yang bertempat di pangkalan udara Iswahjudi Jakarta mengoperasikan satu jenis saja pesawat tempur yaitu tipe MiG-21F13.

SKUADRON PEMBOM

B-26 Invader TNI AU (photo : ebay)

Kekuatan pesawat pembom Indonesia waktu itu mencapai 4 skuadron dan berisi 4 jenis pesawat masing-masing B-25 Mitchell, B-26 Invader, Il-28 Beagle dan Tu-16 Badger. Indonesia menerima 42 pesawat B-25 dari Belanda dan 6 B-26 dari Amerika keduanya pada tahun 1960. Selanjutnya sebanyak 32 pesawat Il-28 didatangkan dari Cekoslowakia pada tahun 1959 dan 26 pembom jarak jauh Tu-16 dibeli dari Uni Sovyet pada tahun 1961.

B-25 Mitchell AURI (photo : TNI AU)

Skadron 1 Abdulrachman Saleh, Malang
Skuadron 1 yang bertempat di pangkalan udara Abdulrachman Saleh Malang mengoperasikan dua tipe pesawat pembom buatan Amerika yaitu B-25C/D/J, dan B-26B. Pesawat ini masuk dalam kategori medium bomber.

IL-28 Beagle AURI (photo : TNI AU)

Skadron 21 Abdulrachman Saleh, Malang
Skuadron 21 yang bertempat di pangkalan Abdulrachman Saleh Malang, mengoperaikan satu jenis saja pesawat Ilyushin buatan Uni Sovyet yaitu IL-28, IL-28R, IL-28U yang tergolong sebagai pesawat medium bomber.

Tu-16 Badger AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 41 Iswahjudi, Madiun
Skuadron 41 yang bertempat di pangkalan Iswahjudi Madiun merupakan skuadron pembom strategis, pesawat yang dioperasikan adalah Tu-16 (Badger A) versi bomber sebanyak 12 unit.


Tu-16KS-1 Badger-B AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 42 Iswahjudi, Madiun
Skuadron 41 yang bertempat di pangkalan Iswahjudi Madiun mengoperaikan pesawat Tu-16KS-1 (Badger B) sebanyak 12 unit, berbeda dengan Badger A, tipe ini mampu membawa sepasang rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel).


SKUADRON HELIKOPTER

Helikopter kepresidenan Sikorsky S-61/HH-3A (photo : Hans Budhiana)

Dalam catatan SIPRI order pengadaan helikopter Indonesia dari Uni Sovyet tercatat dilakukan pada beberapa gelombang. Pada 1959 dilakukan pesanan helikopter ringan jenis Mi-1 Hare sebanyak 8 unit dan Mi-4A/Hound A sebanyak 4 unit. Mi-1 Hare yang dikirim merupakan jalur produksi Polandia yang dinamakan SM-1.

Pada tahun 1962 dilakukan pesanan lagi helikopter Mi-4A/Hound A sebanyak 22 unit (termasuk 1 unit versi VIP) dan 9 unit heli Mi-4M/Hound B versi ASW (versi AKS = Anti Kapal Selam). Dengan demikian jumlah helikopter Mi-4 menjadi 35 unit. Penggunaan heli ini akhirnya dipecah 3 untuk Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Angkatan Darat.

Pada tahun 1964 dilakukan pesanan helikopter angkut berat Mi-6T Hook A sebanyak 8 unit, keseluruhan pesanan ini sudah terkirim semua.

Dari Amerika tercatat pengadaan helikopter latih jenis Bell 47/OH-13 seri Bell 47J2 sebanyak 4 unit pada tahun 1960. Disusul kemudian helikopter Bell 204/UH-1B sebanyak 2 unit pada tahun 1963, dan tidak ketinggalan pada 1964 dilakukan pengadaan heli kepresidenan jenis S-61/HH-3A satu unit. 

Helikopter Mil Mi-4 AURI (photo : TNI AU)

Skadron 6 Husein Sastranegara, Bandung
Skuadron 6 yang bertempat di pangkalan udara Husein Sastranegara Bandung hanya mengoperasikan satu jenis helikopter sedang jenis Mil Mi-4. Heli ini digunakan untuk angkut militer dan SAR tempur.

Helikopter ringan SM-1 merupakan versi Polandia dari Mil Mi-1 Hare (photo : lovelybogor)

Skuadron 7 Semplak, Bogor
Skuadron 7 yang bertempat di pangkalan udara Semplak Bogor mengoperasikan lima jenis helikopter yaitu helikopter latih Bell-47G-2/J, helikopter ringan SM-1 (Mi-1 versi Polandia) dan helikopter sedang tipe Mi-4 dan Bell-204, tidak ketinggalan helikopter VVIP jenis S-61V-1 turut dioperasikan oleh skuadron udara ini. 

Helikopter Mil Mi-6T AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 8 Semplak, Bogor
Skuadron 8 yang bertempat di pangkalan udara Semplak Bogor hanya mengoperasikan satu jenis helikopter angkut berat jenis Mil Mi-6T Hook A.

SKUADRON ANGKUT

Pesawat jet kepresidenan C-140 Jetstar AURI (photo : David Carter)

Dimulai dari akhir tahun 1949 hingga awal tahun 1950 Indonesia menerima 253 pesawat Militaire Luchtvaart dan Marine-Luchtvaartdienst eks Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (ML dan MD KNIL) berupa pesawat berbagai tipe. Diantara pesawat tersebut adalah pesawat angkut DC-3/C-47 sebanyak 34 unit, PBY-5 sebanyak 8 unit, dan L-12A/C-40 Electra Junior sebanyak 4 unit.

Pada tahun 1958 bersamaan dengan kebutuhan operasi pembebasan Irian Barat, Indonesia, mengakuisisi pesawat angkut buatan Uni Sovyet. Pesanan ini dipenuhi dari jalur produksi Cekoslowakia berupa pesawat Il-14/Avia-14 Crate sebanyak 28 unit.

Pada tahun 1956-1959 Indonesia membeli pesawat DHC-3 dari Kanada sebanyak 7 unit, beberapa diantaranya merupakan pesawat second-hand.

Kurun waktu 1957-1960 Indonesia menerima 12 unit pesawat dari Amerika sebagai Military Aid Program (MAP) berupa pesawat patroli maritim HU-16B/UF-1/UF-2 Albatross/Goose. Ke-12 pesawat ini dibagi untuk AU dan AL.

Pada tahun 1960 Indonesia menerima 10 unit pesawat C-130B Hercules dari Amerika. Pesawat jet kepresidenan berupa L-1329/C-140 Jetstar sebanyak 3 unit juga diperoleh dari Amerika pada tahun 1961.

Indonesia juga mengakuisisi pesawat angkut berat buatan Uni Sovyet, kali ini menggunakan jalur produksi langsung dari Uni Sovyet berupa pesawat  An-12 Cub sebanyak 6 unit, pembelian ini dilakukan pada tahun 1962.

Pesawat C-47 AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 2 Halim Perdanakusuma, Jakarta
Skuadron 2 yang bertempat di pangkalan udara Halim Perdanakusuma Jakarta mempunyai fungsi angkut udara maupun survey flight, pesawat yang digunakan merupakan tipe medium yaitu C-47, Il-14/Avia-14, dan L-12A.

Pesawat angkut L-12A Electra (photo : aditara)

Pesawat amfibi PBY-5 AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 5 Abdulrachman Saleh, Malang
Skuadron 5 yang bertempat di pangkalan udara Abdulrachman Saleh Malang menjalankan fungsi angkut dan intai maritim, pesawat yang dioperasikan adalah UF-1, PBY-5, dan G-21A/UF-12.

Pesawat IL-14 AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 17 Kemayoran, Jakarta

Skuadron 17 yang bertempat di pangkalan udara Kemayoran Jakarta menjalankan fungsi angkut VIP/VVIP, pesawat yang dioperasikan terdiri dari beberapa tipe yaitu IL-14, DHC-3, PBY-5, C-47, UF-1, dan L-1329.

Pesawat C-130B Hercules AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 31 Halim Perdanakusuma, Jakarta

Skuadron 31 yang bertempat di pangkalan udara Halim Perdanakusuma Jakarta menjalankan fungsi angkut berat, pesawat yang dioperasikan adalah C-130B Hercules.

Pesawat An-12 Cub AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 32 Husein Sastranegara, Bandung
Skuadron 32 yang bertempat di pangkalan udara Husein Sastranegara Bandung menjalankan fungsi angkut berat, pesawat yang dioperasikan adalah An-12B Cub.

SKUADRON PENDIDIKAN

Seiring dengan pengakuan kedaulatan Belanda kepada Indonesia, pada tahun 1950 KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) menyerahkan 26 P-51D Mustang dan 16 AT-6/T-16 Texan/Harvard kepada Indonesia sebagai bagian dari penyerahan 253 pesawat berbagai jenis.

Indonesia pada tahun 1964 memesan 18 pesawat latih lanjut jet L-29 Delfin buatan Cekoslowakia.

Pesawat P-51 AURI (photo : TNI AU)

Skuadron 3 Abdulrachman Saleh, Malang
Skuadron 3 yang bertempat di pangkalan udara Abdulrachman Saleh Malang mengoperasikan dua jenis pesawat yaitu P-51D/K Mustang, dan AT-6/AT-16 Harvard. Kedua pesawat ini menjalankan fungsi pendidikan untuk latih mula dan latih lanjut.

Pesawat T-6 AURI (photo : TNI AU)
Pesawat L-29 Delfin AURI (photo : TNI AU)

Wing Pendidikan 001 Adisucipto, Yogyakarta
Wing Pendidikan 001 yang bertempat di pangkalan udara Adisucipto, Yogyakarta mengoperasikan 2 tipe pesawat yaitu pesawat latih dasar T-6 versions, dan pesawat latih lanjut jet L-29 Delfin.

ORDER OF BATTLE
Kekuatan udara TNI AU pada tahun 1960-an merupakan kekuatan udara terbesar yang pernah dimiliki, kekuatan tersebut diperoleh dari pengakuan kedaulatan Belanda kepada Indonesia yang diikuti dengan penyerahan ratusan pesawat berbagai tipe, kebutuhan untuk operasi Trikora (pembebasan Irian Barat) dan Dwikora (konfrontasi dengan Malaysia). Kekuatan besar ini seolah cepat sekali berlalu ketika haluan politik berganti di tahun 1966 setelah terjadinya pemberontakan G-30S/PKI.

Untuk mengingat Gugus tempur Skuadron Udara TNI AU pada tahun 1960-an, masa puncaknya adalah tahun 1965 dengan 17 Skuadron Udara terdiri dari kombinasi 7-5-3-2 sebagai berikut :  


(Defense Studies)

administrator
Menyebarkan berita berita <a><b>Militer Indonesia</b></a> dari media media mainstream Asia dan Indonesia. Mendambakan Kekuatan Militer Indonesia menjadi salah satu yang disegani kembali di kawasan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *