Militer.or.id – Realisasi Kontrak Alutista Kemenhan – PT Pindad Senilai Rp 2,9 T.
Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, total kontrak pemesanan alutista pemerintah yang sudah dibayarkan pada PT Pindad menembus Rp 2,9 triliun. “Kerjasama dalam industri pertahanan ini kontraknya multi years. Tahun ini sudah on-hand Rp 2,9 triliun, sudah kita pegang,” kata dia di Bandung, Selasa, 15 Agustus 2017.
Abraham mengatakan, kontrak multi years pemesanan pemerintah untuk alutsista itu dijadwalkan tuntas tahun 208-2019. “Kontrak multi years seluruhnya sampai dengan Rp 3,4 triliun itu sampai tahun 2018-2019, tapi ini nanti bergulir kontraknya,” kata dia.
Menurut Abraham, beragam jenis alutsista yang tercakup dalam kerjasama kontrak multi years tersbut. “Yang sudah selesai dikerjakan PT Pindad terhadap kontrak Kementerian Pertahan itu misalnya senjata bawah air, senapan doper, pengembangan tank boat, medium tank,” kata dia. Dalam waktu dekat produk Pindad itu akan ditampilkan seperti Tank Anoa, Badak, medium tank, kemudian peralatan anti ranjau.
Abraham mengatakan, porsi terbesar pemesanan itu berupa amunisi beragam kaliber. Namun dia tidak merinci nilainya. Kandungan lokal untuk produk amunisi Pindad itu diklaim sudah menembus 60 persen. “Kalau bicara teknologi dan produksi sudah di kita, tapi kalau bicara komponen atau material masih dari luar. Itu yang harus di lokalkan ke depan,” kata dia.
Saat ini Pindad masih terus menggenjot produksi amunisi. “Bahasanya pabrik kita, giling aja terus. Kita belum bisa memenuhi kebutuhan, makanya ktia tambah mesin, lakukan strategic-partnership untuk menambah kapasitas,” kata Abraham.
Abraham mengatakan, tahun ini produksi amunisi menembus 120 juta butir per tahun. Tahun depan ditargetkan bisa tembus 300 juta butir amunisi pertahun. “Kebutuhan dalam negeri besar sekali, mungkin sekitar 500-600 juta butir pertahun. Belum terpenuhi,” kata dia.
Kendati demikian, amunisi produksi Pindad ada yang di ekspor keluar negeri. Abraham tidak merinci jumlahnya. “Pasarnya sangat luas, oportunity-nya sangat luas. Makanya kita coba menambah kapasitas produksi. Kalau bisa produksi sampai 500 juta butir per tahun, paling tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor,” kata Abraham.
Abraham mengatakan, investas menambah mesin produksi sudah dilakukan sejak tahun lalu dengan memanfaatkan dana PMN yang diberikan pemerintah bertahap sejak tahun 2015 lalu yang rencananya menembus Rp 700 miliar. “Rencananya PMN sampai 2018 itu Rp 70 milair,” kata dia.
Dari dana yang sudah diserahkan pemerintah, Pindad menggunakan Rp 135 miliar untuk menambah mesin produksi amunisi kaliber besar, dan Rp 130 miliar untuk mesin produksi amunisi kaliber kecil. “Selain itu kita juga membuat velodrome untuk uji performance kendaraan tempur kita, juga untuk pengembangan industri. Pindad juga ditugaskan untuk membangun generator proyek 35 ribu MW,” kata Abraham.
Photo : SSBA/ senjata serbu bawah air 56 mm dari PT Pindad (Detik)
Sumber : Tempo