Militer.or.id – Poseidon, Drone Penghancur Pangkalan Angkatan Laut.
Moskow – Militer.or.id – Drone Poseidon bawah laut Rusia yang saat ini sedang dalam pengembangan akan dapat membawa hulu ledak nuklir dengan kapasitas hingga 2 megaton untuk menghancurkan pangkalan angkatan laut musuh, ujar sumber di sektor pertahanan Rusia kepada TASS pada hari Kamis, 17/5/2018.
“Akan mungkin untuk memasang berbagai muatan nuklir pada ‘torpedo’ sistem samudra serbaguna Poseidon, dengan hulu ledak termonuklir yang sama dengan muatan Avangard untuk memiliki kapasitas maksimum hingga 2 megaton dalam setara dengan TNT,” kata sumber itu.
Dengan senjata nuklirnya, drone bawah laut “terutama dirancang untuk menghancurkan pangkalan angkatan laut yang diperkuat dari musuh potensial,” kata sumber itu.
Berkat pembangkit listrik nuklirnya, Poseidon akan mendekati target untuk rentang antarbenua pada kedalaman lebih dari 1 km dan dengan kecepatan 60-70 knot (110-130 km/jam), kata sumber itu.
TASS tidak memiliki konfirmasi resmi tentang informasi ini.
Sebagai sumber lain di sektor pertahanan sebelumnya mengatakan kepada TASS, pesawat tak berawak Poseidon akan bergabung dengan Angkatan Laut Rusia di bawah program persenjataan yang ada untuk 2018-2027 dan akan dibawa oleh kapal selam khusus yang baru sedang dibangun di Sevmash Shipyard.
Drone Poseidon
Proyek pengembangan pesawat tak berawak Poseidon diresmikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 1 Maret 2018. Pemimpin Rusia mengatakan bahwa drone ini dapat dipersenjatai dengan amunisi konvensional dan nuklir dan akan mampu menghancurkan infrastruktur musuh, satuan tugas angkatan laut yang dipimpin dan tujuan lain.
Panglima Angkatan Laut Rusia Sergei Korolyov kemudian mengatakan bahwa senjata baru itu akan memungkinkan armada untuk menyelesaikan berbagai misi di perairan yang bersebelahan dengan wilayah musuh. Menurut komandan angkatan laut utama, uji coba elemen dasar drone, pembangkit listrik tenaga nuklir berukuran kecil, telah dilakukan.
Poseidon drone bersama dengan operator mereka membuat bagian dari apa yang disebut sistem serbaguna samudra. Pesawat tak berawak mendapatkan namanya mengikuti hasil voting terbuka di situs web Kementerian Pertahanan Rusia. (TASS).