Militer.or.id – Angkatan Udara Indonesia (TNI-AU) dijadwalkan akan mulai menerima batch kedua dari Oerlikon Skyshield, efektor dan sensor pertahanan udara dari akhir 2019, ujar perwakilan dari Rheinmetall dikonfirmasi oleh Janes.com, pada 8 November di Pameran Indo Defence 2018 di Jakarta.
Peralatan ini akan diserahkan berdasarkan kontrak yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia pada pertengahan 2017, tetapi menjadi efektif pada 2018. Ini adalah kontrak kedua Indonesia untuk sistem pertahanan udara yang sama dengan Rheinmetall, dan disparitas antara tanggal penandatanganan, dan tanggal efektifnya adalah karena masalah pendanaan, kata perusahaan.
Rheinmetall telah menolak untuk mengungkapkan jumlah efektor dan sensor yang telah diperoleh berdasarkan kontrak kedua, dengan alasan masalah kerahasiaan pelanggan.
Sistem pertahanan udara Skyshield dioperasikan oleh korps pasukan khusus TNI-AU yang dikenal sebagai Korps Pasukan Khas (PASKHAS). Sistem, yang pertama kali diperoleh oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2009, digunakan terutama untuk perlindungan landasan udara, dan infrastruktur penting lainnya.
Infrastruktur TNI-AU yang saat ini menggunakan sistem ini adalah pangkalan udara Supadio, Halim Perdanakusuma, dan Hasanuddin.
Skyshield adalah sistem pertahanan udara jarak pendek yang dapat menghadapi ancaman tingkat rendah dari senjata yang diluncurkan oleh udara, serta kendaraan udara tak berawak (UAV), helikopter, dan pesawat serang darat.
Pengaturan tipikal sistem termasuk unit radar pelacakan dan pengawasan, pos komando jarak jauh, dan senjata revoler 35 mm yang menembakan amunisi Advanced Hit Efficiency and Destruction (AHEAD) yang bisa diprogram.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.