Militer.or.id : Berita Militer Indonesia dan Dunia

Ukraina Berlakukan Darurat Militer, Khawatir Diserang Rusia

Ukraine map (disputed territory). Commons.wikipedia.org

Moskow/Kiev, Militer.or.id  –  Ukraina memberlakukan darurat militer selama 30 hari pada Senin 26-11-2018  karena negara itu sangat rentan diserang Rusia setelah Presiden Petro Poroshenko memperingatkan ancaman “sangat serius” dari serbuan lewat darat, dirilis Antara, pada Selasa 27-11-2018.

Poroshenko mengatakan darurat militer perlu diambil guna mendukung pertahanan setelah Rusia menguasai tiga kapal angkatan laut Ukraina dan menjadikan para awaknya sebagai tawanan pada akhir pekan. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan tidak senang dengan apa yang terjadi antara Rusia dan Ukraina dan berkoordinasi dengan para pemimpin Eropa mengenai situasi tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut penguasaan kapal-kalap Ukraina oleh Rusia merupakan “eskalasi berbahaya dan pelanggaran hukum internasional” dan menyerukan kedua pihak unuk menahan diri.

dok. Selat Kerch di dekat Krimea. (credit: Sergey Ashmarin via commons.wikimedia.org)

“Amerika Serikat mengutuk aksi agresif Rusia ini. Kami menyerukan Rusia mengembalikan kapal-kapal itu dan para awak yang ditahan kepada Ukraina dan menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina,” kata Pompeo dalam pernyataan.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menlu Pompeo berbicara lewat telepon dengan Poroshenko dan mengulangi kembali dukungan kuat AS bagi kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dalam menghadapi “agresi” Rusia.

Parlemen Ukraina menyetujui pemberlakukan darurat militer setelah Poroshenko menjamin sejumlah anggota perlemen yang skeptis bahwa hal itu bukan untuk mengekang kebebasan sipil atau menunda pemilihan yang dijadwalkan berlangsung tahun depan.

Hal tersebut terjadi pada akhir sehari ketika Ukraina dan Rusia saling tuding mengenai kebuntuan pada Ahad dan para sekutu Kiev turut mengutuk perilaku Moskow.

Dengan hubungan yang belum membaik setelah pencaplokan Krimea dari Ukraina oleh Rusia pada tahun 2014 dan dukungannya bagi pemberontakan pro-Moskow di bagian timur Ukraina, krisis itu berisiko membawa kedua negara tersebut terlibat dalam konflik terbuka.

“Rusia telah melancarkan perang Hibrida terhadap negara kami selama tahun kelima. Tapi dengan serangan terhadap kapal-kapal militer Ukraina, negara itu beralih melakukan agresi baru,” kata Poroshenko.

Dalam pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Poroshenko, Sekretrais Jenderal NATO Jenderal Jens Stoltenberg menawarkan “dukungan penuh bagi integritas dan kedaulatan Ukraina” dari aliansi tersebut. Ukraina bukan anggota NATO, namun tetap menginginkan sebagai anggotanya.

Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *