Investigasi: Pasukan Khusus AS yang Disergap, Beraksi Tanpa Otorisasi Komando

Investigasi: Pasukan Khusus AS yang Disergap, Beraksi Tanpa Otorisasi Komando

Militer.or.id – Investigasi: Pasukan Khusus AS yang Disergap, Beraksi Tanpa Otorisasi Komando.

Pasukan khusus AS disergap di Nigeria. © SOFREP via Youtube

Militer.or.id – Hasil investigasi Pentagon atas penyergapan mematikan di Tongo Tongo, Nigeria yang menyebabkan empat pasukan khusus AS dan lima prajurit Nigeria tewas telah mengungkapkan beberapa temuan yang mengganggu, seperti dilansir dari laman Stars and Stripes.

Kabarnya, bahwa tim penyerang dari pasukan khusus baret hijau AS tidak memperoleh persetujuan komando senior untuk melakukan misi berisiko tersebut sehingga mereka disergap.

Laporan dari Stars and Stripes, yang berbicara dengan salah seorang pejabat militer AS. Pejabat itu mencatat bahwa laporan tersebut tidak mengklaim bahwa kegagalan itu untuk meminta persetujuan komando sebagai penyebab penyergapan.

Sejak penyergapan bulan Oktober, ada banyak laporan kontradiktif telah muncul dari kejadian yang menuntunnya. Awalnya, Pentagon mengklaim bahwa pasukan Pasukan Khusus Angkatan Darat yang beranggotakan 12 orang tersebut menemani 30 tentara Nigeria untuk bertemu dengan para pemimpin suku di sepanjang perbatasan Mali, tapi parameter misi mereka berubah di tengah jalan.

Dalam versi tersebut, mereka diperintahkan untuk kembali mencari Doundou Chefou, seorang militan berafiliasi Al-Qaeda yang beroperasi di sepanjang perbatasan, sebagai gantinya.

Saat ini, para pejabat telah menyebut bahwa tim itu mengatakan kepada komandannya bahwa mereka bertemu dengan para pemimpin suku, namun mengubah misi tersebut dan pergi mengejar Chefou sejak awal. Akibatnya, komando tidak dapat secara akurat menilai risiko misi tersebut.

Penyergapan tersebut terjadi tanggal 4 Oktober di dekat desa Tongo Tongo perbatasan antara Nigeria dan Mali. Tim pasukan AS-Nigeria kembali dari perburuan Chefou yang tidak berhasil saat mereka diserang oleh cabang Daesh setempat, yang disebut Islamic State in the Greater Sahara (ISGS).

Gerilyawan ISGS menyergap tentara AS dan Nigeriia, dan menembaki mereka dengan senapan mesin serta menghancurkan kendaraan mereka dengan granat berpeluncur roket. Pertempuran tersebut berakhir dua jam kemudian ketika dukungan udara Prancis yang ditempatkan di Mali tiba, membuat para militan mundur.

Setelah penyergapan tersebut, Komando Afrika AS (AFRICOM) mulai menyusun sebuah laporan tentang penyebab insiden paling mematikan bagi personil militer AS di Afrika dalam 25 tahun terakhir. Laporan awal dari New York Times pada bulan Februari dan mengklaim bahwa ada sejumlah “kesalahan prosedur” dalam menangani misi tersebut.

Laporan tersebut juga mengklaim bahwa komandan AFRICOM mengubah parameter misi itu ke dalam perburuan militan, sebuah klaim yang bertentangan dengan laporan Stars and Stripes baru-baru ini. AFRICOM tidak berwenang untuk memasuki situasi di mana kemungkinan keterlibatan musuh dan mereka memerlukan otorisasi komando senior untuk melakukannya dari Komando Operasi Khusus pimpinan Chad atau pun Jerman.

Juru bicara Pentagon, Kolonel Rob Manning mengatakan bahwa penyelidikan terhadap insiden tersebut telah selesai dan laporan akhir saat ini sedang ditinjau oleh Menteri Pertahanan AS, James Mattis. Di luar itu, dia tidak memiliki komentar.

Laporan lainnya menyebutkan bahwa penduduk desa Tongo Tongo memberi tahu ISGS tentang kehadiran tentara AS pada saat tim tersebut berhenti disana untuk beristirahat dan memasok ulang. Hasil investigasi tidak memberikan konfirmasi atau membantah laporan tersebut.

administrator
Menyebarkan berita berita <a><b>Militer Indonesia</b></a> dari media media mainstream Asia dan Indonesia. Mendambakan Kekuatan Militer Indonesia menjadi salah satu yang disegani kembali di kawasan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *