Presiden Trump ingin Korea Selatan membayarkan lebih banyak uang untuk pasukan Amerika yang ditempatkan di negara tersebut. Sebuah permintaan yang telah menjadi perdebatan mengenai pakta pertahanan kedua negara karena pemerintah Seoul menolaknya.
Special Measures Agreement (SMA) yang merupakan kontrak lima tahun antara Amerika dan Korea Selatan akan berakhir 31 Desember 2018 ini. Perjanjian saat ini mengharuskan Republik Korea untuk membayar sekitar US$830 juta atau sekitar Rp12 triliun per tahun ke Amerika untuk menampung lebih dari 28.500 pasukan Amerika yang berbasis di negara tersebrut.
Menurut beberapa orang yang akrab dengan pembicaraan, Trump kini ingin Korea Selatan membayar sebanyak dua kali lipat jumlah saat ini atau sekitar US$1,6 miliar atau sekitar Rp23 triliun per tahun untuk lima tahun ke depan. Sumber lain yang akrab dengan perundingan mengatakan, pemerintahan Trump meminta kenaikan 150% dari kesepakatan saat ini, atau sekitar US$ 1,2 miliar.
Angka ini jauh dari yang disanggupi Korea Selatan. Sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal 7 Desember 2018 , Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dilaporkan telah memberi tahu pejabat Korea Selatan bahwa dia tidak mau membayar lebih daripada yang sudah disepakati saat ini.
Para pemimpin dari lima partai politik teratas dari Korea Selatan telah memberi tahu Moon dalam beberapa pekan terakhir bahwa majelis nasional Korea Selatan tidak dapat menerima peningkatan dana tersebut.
Pembicaraan antara Amerika dan Korea Utara terhenti, dengan rencana pertemuan penting antara Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Kim Jong un bulan lalu dibatalkan. Pada saat yang sama, penelitian terbaru dan citra satelit menunjukkan Korea Utara terus mengembangkan senjata nuklir dan fasilitas senjata mereka.
Korea Selatan dan Amerika telah melakukan serangkaian pertemuan sejak Maret, dan akan bertemu lagi minggu depan di Seoul. Washington dan Seoul gagal mencapai kesepakatan dalam putaran terakhir tentang negosiasi pembagian biaya pertahanan, pada tahun 2013, sebelum tenggat waktu tahun itu berakhir.
Kedua belah pihak mencapai kesepakatan pada Januari 2014, yang mengatur kontribusi Korea Selatan pada kehadiran Amerika di level saat ini hingga 31 Desember 2018.
Pejabat diplomatik dan militer Amerika termasuk Menteri Pertahanan Jim Mattis dan Ketua Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford, telah mencoba meyakinkan Trump tentang pentingnya aliansi, terlepas dari pertimbangan keuangan.
“Adalah kepentingan strategis Amerika untuk memiliki kekuatan militer yang signifikan yang ditempatkan di semenanjung Korea,” kata Abraham Denmark, mantan pejabat kebijakan Pentagon untuk Asia Timur. “Ini menstabilkan wilayah dan membantu kami mempertahankan sekutu kami dari ancaman yang sangat nyata.”
Korea Selatan dan banyak pejabat Amerika juga menunjuk pada pembangunan Kamp Humphreys, sebuah komplek militer di selatan Seoul yang akan menampung banyak pasukan Amerika. Korea Selatan menanggung sebagian besar biaya yang diperkirakan mencapai US$ 13 miliar. Trump mengunjungi pangkalan selama kunjungannya ke Korea Selatan tahun lalu.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.