AS Prihatin atas Aktivitas “Abnormal” Satelit Rusia

AS Prihatin atas Aktivitas “Abnormal” Satelit Rusia

Militer.or.id – AS Prihatin atas Aktivitas “Abnormal” Satelit Rusia.

Satelit © Wikimedia Commons

Militer.or.id – Amerika Serikat meributkan tentang satelit Rusia yang menurut mereka menunjukkan perilaku “tak normal” dan menduga bahwa satelit itu adalah sejenis senjata. Namun, Amerika telah menolak upaya tidak langsung untuk mencegah perlombaan senjata ruang angkasa melalui perjanjian internasional dan mereka malah mengembangkan senjata hipersoniknya sendiri yang mampu mencapai ruang angkasa.

“Kami prihatin dengan perilaku yang sangat tidak normal oleh pengawas aparatur ruang angkasa”, menurut Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Verifikasi, Kepatuhan dan Pengawasan Senjata, Yleem Poblete seperti di lansir dari laman situs Sputniknews.com, 16/8/2018.

Poblete menambahkan bahwa perilaku tak konsisten di orbitnya tak seperti yang telah dilihat sebelumnya dari inspeksi orbit atau kemampuan kesadaran situasional ruang angkasa, termasuk kegiatan satelit inspeksi Rusia lainnya.

“Satu-satunya kepastian yang kami miliki adalah bahwa sistem ini telah ditempatkan di orbit. Kami tidak tahu pasti itu apa, dan tidak ada cara untuk memverifikasinya”, lanjut Poblete.

Apa yang aneh adalah bahwa AS, meskipun mencatat bahwa sulit untuk menentukan tujuan yang benar dari objek hanya dengan mengamati pada orbit dan bahwa mereka tidak memiliki cara membedakan perilaku banyak objek dari senjata, semua karena kurangnya informasi untuk menyimpulkan bahwa satelit bisa menjadi ancaman.

Tentu saja, Rusia dan China berusaha meyakinkan AS dan negara-negara anggota PBB lainnya untuk menyetujui “perjanjian mengikat” yang akan menghadang perlombaan senjata antariksa yang akan segera terjadi. Pada tahun 2014, AS menolak rancangan Perjanjian Pencegahan Penempatan Senjata di Luar Angkasa (PPWT).

“Berdasarkan bahasa dalam perjanjian oleh Rusia, tidak ada dalam PPWT yang diusulkan melarang kegiatan semacam ini ataupun mengembangkan, menguji atau menimbun kemampuan senjata anti-satelit, selama itu tidak merusak objek lain di ruang angkasa”, menurut catatan Poblete.

Itulah sebabnya “negara-negara yang bertanggung jawab harus mempertimbangkan implementasi praktis atas transparansi sukarela dan langkah-langkah membangun kepercayaan dan mengembangkan norma-norma perilaku yang bertanggung jawab untuk kegiatan luar angkasa, daripada hanya mengejar perjanjian yang mengikat secara hukum dan kontroversial.

Namun, Amerika Serikat sendiri belum mengajukan amandemen terhadap rancangan perjanjian tersebut, menurut Alexander Deyneko, diplomat senior Rusia untuk PBB di Jenewa, tulis Reuters pada hari Selasa.

“Kami melihat bahwa pihak AS meningkatkan keprihatinan serius mereka tentang Rusia, sehingga Anda akan berpikir mereka harus menjadi orang pertama yang mendukung prakarsa Rusia. Mereka harus aktif bekerja untuk mengembangkan sebuah perjanjian yang akan 100 persen dapat memuaskan kepentingan keamanan orang-orang Amerika”, katanya.

Namun mereka belum membuat kontribusi yang konstruktif mengenai hal ini.

Dengan kata lain, Amerika marah karena Rusia memiliki objek di ruang angkasa yang tidak mereka ketahui apapun tentangnya dan penyebab ketidaktahuan mereka adalah kurangnya minat mereka sendiri dalam mencapai perjanjian yang bisa diterapkan dan mengatur senjata di luar angkasa, hanya “berdasarkan klaim yang meragukan tentang ketidakmungkinan memverifikasi kesimpulan”.

Rusia telah meluncurkan “perangkat luar angkasa berukuran kecil” dari Cosmodrome Plesetsk pada bulan Juni 2017 yang akan dipakai “memeriksa kondisi satelit Rusia”, menurut pengumuman Kementerian Pertahanan Rusia Agustus lalu.

“Dalam jangka panjang, sebuah eksperimen penelitian akan dilakukan untuk menggunakan aparatus luar angkasa guna memeriksa penampilan luar satelit”, kata kementerian itu, dan menyatakan bahwa perangkat itu akan menjadi “sebuah platform ruang angkasa yang mampu membawa muatan yang berbeda”.

Kementerian itu menjelaskan pada bulan Oktober bahwa satelit itu telah digabungkan ke satelit yang lebih besar, Kosmos-2519 dan kemudian dilakukan tes “mengendalikan manuver satelit pertahanan, sistem komunikasi orbital dan darat” serta metode yang melibatkan perkiraan balistik dan perangkat lunak baru telah digunakan, sebelum satelit yang lebih kecil itu kembali ke Kosmos-2519.

Sementara itu, saat AS membunyikan alarm terhadap Kementerian Pertahanan Rusia yang bekerja untuk menciptakan sistem anti-satelit mobile dan tak kurang dari enam sistem senjata ofensif baru, mereka mengabaikan fakta bahwa mereka pun telah lama mengembangkan sebagian besar kemampuan tersebut dan baru-baru ini mereka telah mengesahkan RUU belanja pertahanan yang mengalokasikan hampir US $ 500 juta untuk rudal hipersonik.

administrator
Menyebarkan berita berita <a><b>Militer Indonesia</b></a> dari media media mainstream Asia dan Indonesia. Mendambakan Kekuatan Militer Indonesia menjadi salah satu yang disegani kembali di kawasan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *