Militer.or.id – Iran Uji Rudal Taktis Saat Trump Mulai Menekan.
#Video: #Iran successfully test-fires new ballistic missile pic.twitter.com/M8sd38L13q
— Iran (@Iran) September 23, 2017
Iran mengatakan 23/9/2017 telah berhasil menguji rudal jarak menengah baru dengan meluncurkan rudal Khoramshahr yang memiliki jarak sejauh 2.000 km, seperti yang diperlihatkan di TV pemerintah, namun tidak diketahui kapan uji coba berlangsung.
Di PBB pada hari Selasa, 19/9/2017, Presiden AS Donald Trump mengkritik program rudal Iran dan juga kesepakatan nuklir 2015 dengan negara tersebut.
Pada hari Jumat, 22/9/2017 Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa Iran akan meningkatkan kekuatan militernya “sebagai deterrent”.
Rudal Khoramshahr pertama kali ditampilkan pada sebuah parade militer pada hari Jumat, 23/9/2017 di Teheran. Rudal ini mampu membawa banyak hulu ledak, ujar laporan media Iran.
Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Amir Hatami, menekankan tentang “spesifikasi unik” rudal tersebut.
“Kemampuan untuk menghindari lini pertahanan udara musuh dan dipandu sejak saat peluncuran sampai targetnya membuat Khoramshahr menjadi rudal taktis,” katanya.
Iran “tidak meminta izin dari negara manapun untuk memproduksi berbagai jenis rudal”, tambahnya.
Sebuah pesan untuk Trump
Oleh : Kasra Naji, Koresponden Khusus, BBC Persia.
Dengan menguji-tembak sebuah rudal baru, Iran mengirim sinyal perlawanan lain yang diambil langsung dari buku teks Korea Utara.
Uji coba rudal ini bisa dibilang merupakan garis batas sejauh menyangkut Dewan Keamanan PBB. Sebuah resolusi menyerukan kepada Iran untuk tidak melakukan aktivitas yang berkaitan dengan rudal balistik yang dirancang untuk dapat mengirimkan senjata nuklir.
Tes tersebut dilakukan menjelang dua tanggal penting di AS:
1). Administrasi Trump akan mengumumkan rincian strategi terkait Iran sekitar akhir September 2017.
2). Pada tanggal 15 Oktober, Trump harus menerngkan kepada Kongres bahwa Iran telah mematuhi kesepakatan nuklir yang dilakukan dengan kekuatan dunia pada tahun 2015. Jika Trump menolak untuk memastikan kepatuhan itu, Kongres akan memiliki 60 hari untuk kembali memaksakan sanksi kepada Iran.
Tes Iran adalah sebuah pesan kepada AS bahwa mereka bertekad untuk mempertahankan diri dengan cara apa pun yang dianggap sesuai, namun tindakan itu bisa berbalik ke Iran karena opini publik dunia akan membandingkannya dengan Korea Utara.
Uji coba rudal di Iran dikatakan memerlukan persetujuan dari Rouhani, dan sekarang tampaknya dia telah terdorong ke sebuah sudut dimana kelompok garis keras di Iran melihat, jalan Korea Utara sebagai tanggapan terbaik terhadap retorika trump dan rencananya untuk merevisi kesepakatan nuklir.
Iran successfully tests new long-range ballistic missile able to hit multiple targets https://t.co/8t0SII0SDG pic.twitter.com/E3opwAxtoT
— RT (@RT_com) September 23, 2017
AS mengumumkan sanksi baru kepada Iran pada bulan Juli atas program rudal balistiknya dan dikatakan Iran mendukung organisasi teror.
Sanksi itu juga dikenakan karena Iran dianggap melakukan uji coba rudal balistik pada bulan Januari. Dikatakan bahwa peluncuran tersebut melanggar semangat kesepakatan 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pembebasan sanksi.
Teheran menegaskan bahwa program rudalnya tidak bertentangan dengan kesepakatan tersebut. Dikatakan bahwa misil tidak dimaksudkan untuk membawa hulu ledak nuklir.
Di Majelis Umum PBB minggu ini, pemimpin AS dan Iran saling bertukar ejekan, terkait kesepakatan nuklir Iran yang dibuat tahun 2015.
Iran mengatakan negaranya “tidak menjadi yang pertama” untuk melanggar kesepakatan tersebut, yang oleh Trump diancam akan dicabut kesepakatan tersebut meskipun ada penandatangan lain dan pemantau internasional yang mengatakan bahwa Iran telah mematuhi persyaratannya.
Pada hari Rabu, 20/9/2017, Trump mengatakan bahwa dia telah memutuskan, namun belum mengungkapkan keputusannya. (BBC.com).