Militer.or.id – Persenjataan misil yang lebih berkemampuan tinggi dan kuat kini berada di jalur akuisisi untuk Angkatan Laut Filipina (PN), itu menyusul keberhasilan integrasi sistem rudal permukaan-ke-permukaan Spike-ER buatan Rafael ke armada Angkatan Laut, seperti dilansir dari laman Kantor Berita Filipina.
Hal ini diungkapkan oleh juru bicara Angkatan Laut Filipina, Komandan Jonathan Zata ketika ditanya apakah sistem dan platform rudal yang lebih canggih sebentar lagi, dan apakah Spike-ER sebagai jalan masuknya PN secara formal ke jaman misil.
“Ini [Spike-ER] mengantar Angkatan Laut dan AFP (Angkatan Bersenjata Filipina) ke zaman rudal dan juga mempersiapkan untuk akuisisi yang akan datang dari sistem dan kemampuan senjata yang lebih canggih dan kuat”, kata Zata.
Sistem rudal Spike-ER, yang tiba di negara itu April lalu, adalah senjata rudal pertama Angkatan Laut Filipina yang mampu menembus perisai baja setebal 1.000 mm (39 inci) dan memiliki jangkauan hingga 8 km.
Sistem rudal ini pertama kali diuji pada 9 Agustus dari Lamao Point, Limay, Bataan dan sekali lagi pada tanggal 21 November. Rudap Spike-ER itu dipasang dan ditembakkan oleh tiga kapal cepat serba guna (MPAC) Mark III yang dibangun oleh Propmech Corp yang berbasis di Subik, Filipina.
Zata menambahkan bahwa PN akan mendapatkan lebih banyak kemampuan untuk mengoperasikan persenjataan angkatan laut modern dengan kedatangan korvet kelas Pohang, yang disumbangkan oleh Angkatan Laut Korea Selatan, tahun depan.
“Kapal perang kelas Pohang dari Angkatan Laut Korea juga akan dikirimkan tahun depan yang dilengkapi dengan sistem persenjataan yang lebih baik dari yang digunakan Angkatan Laut Filipina, mempersiapkan pengiriman dua fregat masa depan yang dibangun mulai tahun 2020”, tegasnya.
Fregat pesanan Filipina dilengkapi dengan sistem senjata primer dan sekunder, sensor dan torpedo untuk misi anti-kapal selam serta sensor untuk operasional anti-pesawat, ungkap Zata.
Sebelumnya, juru bicara PN mengatakan MPAC kecepatan tinggi mereka juga dapat dimanfaatkan melawan target permukaan berukuran besar yang masuk ke wilayah perairan negara itu.
Zata mengatakan ini adalah esensi dari “taktik ganas” yang telah dikembangkan oleh Angkatan Laut Filipina untuk armada MPAC-nya.
Dalam taktik tersebut, sejumlah besar MPAC akan dikerahkan menghadpi ancaman permukaan berukuran besar.
“(Dalam taktik tersebut) secara numerik MPAC lebih unggul karena itu lebih cepat, gesit dan dilengkapi rudal akan melibatkan dan menetralisir target”, sebut juru bicara PN itu.
Dia menambahkan bahwa platform MPAC juga dapat dioptimalkan untuk serangan “hit and run” jika diperlukan.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.