Militer.or.id – Proses pengembangan jet tempur generasi 4,5 yang merupakan kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan, KFX/IFX, sejak 2011 sudah mencapai 20 persen, seperti diberitakan Antara News.
“Hingga saat ini proses pengembangan sudah mencapai 20 persen. Ada tiga tahapan yang perlu dilalui, yaitu pengembangan teknologi, EMD, kemudian protoyping”, kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia, Marsekal Pertama TNI Gita Amperiawan, saat jumpa pers, di Jakarta pada hari Kamis.
Menurut Marsekal Pertama TNI Gita Amperiawan, selama tujuh tahun progres proyek kerjasama antar pemerintahan tersebut sudah sampai tahap tinjauan desain awal guna memastikan konfigurasi pesawat tempur KFX/IFX sesuai persyaratan operasional dari TNI AU dan Angkatan Udara Korea Selatan.
“Hari ini kami sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Pertahanan, Kemenko Polhukam, untuk melihat sejauh mana proges setelah yang dilakukan insinyur Korea Selatan-Indonesia selama fase Engineering Manufacturing Development“, terangnya.
Menurut Gita Amperiawan, setelah fase itu rampung dilakukan, kedua negara ini akan mengembangkan prototipe KFX/IFX. Pesawat-pesawat tempur itu ditargetkan baru bisa diproduksi massal pada tahun 2026 usai uji coba dan sertifikasi.
“Kami sudah lalui fase pengembangan teknologi dan EMP. Setahun detil desain itu selesai kira-kira pada Juli/Agustus 2019, kita mulai prototyping kemudian pengujian dan sertifikasi”, lanjutnya.
Ia menambahkan, pemerintah Indonesia dan Korsel mengakomodasi keperluan umum (common requirement), dimana hasil purwarupa harus mengakomodasi kepentingan TNI AU. Sementara jumlah pesawat yang akan diproduksi nanti mencapai 168, dengan rincian Korea Selatan akan memiliki 120 unit jet tempur KFX dan Indonesia 48 unit jet tempur IFXJ.
“Kita berkontribusi sesuai kesepakatan awal, yakni 20 persen dalam semua hal per fase. Kesepakatan proyeknya itu per fase”, tuturnya.
Di tempat yang sama, Ketua Program KFX/IFX dari PT DI, Heri Yansyah, mengatakan bahwa PT DI bersama dengan Korea Aerospace Industries (KAI) hanya sebagai sistem integrator dalam pengembangan jet tempur eksperimental KFX/IFX.
“Jadi semua komponen akan diproduksi oleh pihak lain termasuk engine dan avioniknya. Navigasi diproduksi oleh pihak lain yang diintegrasikan ke dalam pesawat ini. Memang kita juga sudah ada rencana soal bagaimana teknologi bisa dibangun oleh industri dalam negeri Indonesia, seperi PT Pindad”, katanya.
Menurut Heri Yansyah, PT Pindad bisa membuat persenjataan untuk pesawat tempur generasi 4,5 ini.
“Senjata bisa ke Pindad, kita juga melakukan kesiapan teknologi misalnya, data link, weapon integration, radar. Itu adalah kegiatan-kegiatan kita yang kita sebut sebagai investasi strategis. Bagaimana suatu saat bisa diproduksi di dalam negeri karena ini dikaitkan dengan kemandirian”, ucapnya.
Untuk diketahui, jet tempur KFX/IFX merupakan pesawat multi-peran semi-siluman generasi 4.5 yang dikembangkan oleh Indonesia dan Korea Selatan.
Dalam nota kesepahaman kedua negara, Indonesia akan menanggung biaya program pengembangan pesawat tempur itu sebesar 20 persen, sementara Korea Selatan 80 persen.
Untuk program KFX yang memerlukan dana sangat besar, semula Korea Selatan juga menggandeng Turki, namun seiring berjalannya waktu Turki mengundurkan diri. Ada beberapa teknologi kunci yang mutlak harus dikuasai untuk mewujudkan superioritas KFX (belakangan juga IFX) ini, di antaranya adalah teknologi radar AESA.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.