Militer.or.id – Militer Mesir Hancurkan 10 Kendaraan Berisi Senjata.
Kairo, Militer.or.id – Angkatan Udara Mesir menghancurkan 10 kendaraan yang berisi senjata dan berusaha menyusup ke dalam wilayah Mesir melalui perbatasan baratnya dengan Libya Timur, kata juru bicara militer Mesir di dalam satu pernyataan pada Sabtu 11 November 2017.
“Pasukan militer mendeteksi dan memburu 10 kendaraan 4X4 yang diisi sejumlah senjata, amunisi dan barang selundupan di perbatasan barat,” kata Juru Bicara Militer Tamer Ar-Refaay, sebagaimana dikutip Xinhua, yang dipantau Antara pada Minggu 12-11-2017 di Jakarta.
Ia menambahkan, “Angkatan Udara menangani mereka, menghancurkan semuanya dan menewaskan anasir teror di sana.” Sejak Mei 2017, Angkatan Udara Mesir telah menghancurkan sedikitnya 100 kendaraan yang berisi senjata saat kendaraan itu berusaha menyeberangi perbatasan Libya menuju Mesir.
Presiden Mesir Abdel-Fattah As-Sisi belum lama ini mengatakan Mesir menghancurkan 1.200 kendaraan yang membawa senjata, amunisi dan pasukan tempur di perbatasan dengan Libya selama 30 bulan belakangan.
Mesir prihatin mengenai perbatasan Baratnya, yang memiliki panjang 1.200 kilometer, dengan Libya Timur karena perbatasan tersebut dijadikan tujuan penyelundupan senjata dan gerilyawan selama beberapa tahun belakangan.
Bentrokan 2 hari belum lama ini antara pasukan keamanan dan pelaku teror yang meletus pada 20 Oktober 2017 menewaskan 16 polisi dan melukai 13 orang di Gurun Wilayah Barat di dekat Jalan Raya Al-Wahat di pinggir Kota Giza, sebelah Selatan Ibu Kota Mesir, Kairo.
Belakangan, serangan udara militer terhadap satu lokasi di dekatnya, daerah pegunungan di Provinsi Fayoum di bagian barat Mesir di sebelah selatan Kairo, menewaskan banyak pelaku teror yang terlibat dalam serangan anti-polisi. Abdel-Fattah As-Sisi pada Rabu 8-11-2017 mengungkapkan hanya satu dari mereka ditangkap hidup-hidup dan ia bukan warga negara Mesir, dan menyatakan semua 13 gerilyawan tewas.
Mesir telah bekerjasama dengan negara tetangga Libya untuk mencapai penyelesaian politik di Libya, yang dicabik perang saudara dan dikelola oleh dua pemerintah yang bertikai. Satu kelompok memerintah Ibu Kota Libya, Tripoli, di bagian Barat-Laut negeri tersebut, dan satu lagi memerintah di Kota Tobruk di bagian Timur-Laut negeri itu.
Mesir memandang kestabilan Libya perlu untuk memelihara keamanan nasionalnya sendiri, dan mengamankan perbatasan baratnya serta mengusir pelaku teror lintas-perbatasan. (Antara/Xinhua-OANA)