Jakarta, Militer.or.id – Menteri Pertahanan Malaysia YB Tuan Haji Mohamad Bin Sabu tertarik dengan sejumlah produk industri pertahanan milik PT Pindad, di antaranya Medium Tank “Harimau”, kendaraan taktis (Rantis) Komodo ukuran 4×4 dan Panser Anoa ukuran 6×6.
Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengungkapkan ketertarikan Menhan Malaysia itu, usai menerima kunjungan Menhan Malaysia saat “Indo Defence 2018 Expo & Forum” di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis, 8/11/2018, dirilis Antara.
“Mereka tertarik dengan tank medium, panser 4×4 dan 6×6 serta ‘small’ amunisi 556 mm. Alasannya karena kualitas, performance yang dinilai bagus. Menurut dia, kalau harganya kompetitif kan menjadi lebih baik,” katanya pula.
Abraham Mose menambahkan, selama ini Malaysia sudah menggunakan produksi Pindad seperti amunisi kaliber 55 mm dan senjata submachine gun, SS2 dan pistol. “Amunisi kan sudah berjalan, sekarang kan mau ke kendaraan tempur makanya kami kenalkan yang medium tank, Komodo 4×4 dan Anoa 6×6,” ujarnya lagi.
Menurut Abraham Mose, medium tank yang dibuat atas kerja sama dengan perusahaan asal Turki, FNSS memiliki berbagai keunggulan seperti antiranjau, punya ketahanan balistik sampai kaliber 30 mm, kemudian dilengkapi 360 derajat kamera, thermal kamera untuk melihat semuanya, termasuk laser warning system. “Jadi tank akan tahu kalau terdeteksi dan bisa mengeluarkan granat asap untuk mengaburkan posisi, baru dia menembak,” ujarnya pula.
Menurut dia, baru tiga negara yang memiliki medium tank. Ketiga negara tersebut adalah Indonesia, Jepang, dan Polandia. Pihaknya sudah menawarkan produk ini ke negara-negara luar termasuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
“Harganya sangat kompetitif ya sekitar 6 juta dolar AS. Mulai tahun depan, Pindad akan memproduksi 25-30 unit per tahun. Next bisa 50 unit,” katanya lagi.
Manajer Pengembangan Kendaraan Khusus PT Pindad Windhu Paramarta mengatakan Tank Harimau ini adalah program kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Turki melalui Kementerian Pertahanan kedua negara.
Berdasarkan kerja sama tersebut, kata dia, kedua negara membahas tentang beberapa hal yang dapat dikembangkan bersama dalam dunia pertahanan, di antaranya kendaraan tempur, roket, dan alat komunikasi.
“Kebetulan Pindad memegang program pengembangan untuk medium tank, sementara dari Turki menunjuk FNSS,” kata Windhu.
Kementerian Pertahanan Turki menunjuk FNSS sebagai sebuah perusahaan yang berkompeten dalam menangani pembangunan tank tersebut. Berangkat dari hal tersebut, Pindad dan FNSS yang belum pernah membangun tank kombatan mulai membangun tank tersebut sesuai dengan spesifikasi teknis kebutuhan TNI dari Indonesia.
Pindad pernah membangun Tank Anoa, sementara FNSS pernah membangun “infanteri fighting falcon”.
“Jadi mereka benar-benar membantu untuk sama-sama mengembangkan kendaraan tank ini,” ujar Windhu.
Pada tahun 2015, mulai berlangsung tahap desain, kemudian 2016 tahap engineering secara detail dengan memantapkan beberapa produksi, tahun 2017 sudah keluar tanknya, sehingga benar-benar 1,5 tahun dirancang dari nol bagaimana spesifikasinya bersama TNI dan dapat digunakan pada HUT ke-72 TNI di Cilegon, Banten pada 2017 lalu.
Pada Oktober 2018, tank sudah diuji coba dan mendapat sertifikat layak dari TNI Angkatan Darat dan Kementerian Pertahanan RI.
Pembeda tank ini dengan tank-tank lainnya, kata Windhu, adalah tank harimau yang benar-benar dirancang untuk tank kombatan, bukan dikembangkan dari platform tank sebelumnya. “Artinya memang nantinya akan digunakan untuk pakem pertempuran yang akan digunakan untuk melawan tank yang sejenis dengan mengikuti teknologi masa kini,” ujarnya pula.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.