Militer.or.id – Militer AS butuh lebih banyak uang untuk mengembangkan laser yang lebih kuat, pancaran gelombang mikro dan senjata energi terarah lainnya sehingga dapat menembak jatuh drone dan rudal, kata insinyur persenjataan Pentagon pada hari Selasa.
Dilansir dari laman Defense One, pada ajang Center for Strategic International Studies di Washington, Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Penelitian dan Rekayasa Michael Griffin mengatakan bahwa ia sedang mendesak “peningkatan kekuatan senjata laser dengan beberapa teknologi” dalam anggaran pertahanan yang akan datang.
Pengeluaran Departemen Pertahanan AS pada senjata energi terarah telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan lebih dari dua kali lipat sejak 2017 menjadi $ 1,1 miliar, menurut catatan majalah National Defence akhir bulan lalu.
Griffin, yang menempati posisi pada Februari tahun ini, membawa antusiasme untuk senjata laser dan anti satelit dari badan antariksa AS, NASA. Sekarang, sebagai kepala Penelitian dan Rekayasa, ia memiliki kemampuan memanfaatkan Badan Pertahanan Rudal (MDA) dan Lembaga Proyek Penelitian Pertahanan Lanjutan (DARPA) termasuk inisiatif penelitian dan pengembangan lainnya guna mendorong pengembangan senjata energi terarah.
“Menurut pendapat saya, tidak lebih dari beberapa tahun lagi kita memiliki senjata laser dari utilitas militer”, kata Griffin, dan mencatat bahwa tingkat perkembangan teknologi laser saat ini akan berguna dalam medan tempur, melawan pesawat terbang atau kapal perang.
Griffin sebelumnya juga telah melontarkan gagasan tentang berkas partikel berbasis ruang angkasa yang dapat membakar sistem kelistrikan dari rudal sesaat setelah itu diluncurkan, namun ide itu masih jauh dari realisasi, setidaknya satu dekade lagi, tulis Defense One.
“Kita perlu memiliki senjata laser kelas 100 kW untuk kendaraan Angkatan Darat. Kita perlu memiliki senjata laser kelas 300 kW pada tanker Angkatan Udara”, kata Griffin, seperti ditulis oleh Military Times. “Kita perlu memiliki senjata energi terarah kelas MW (Megawatt) untuk pertahanan dalam ruang angkasa. Ini adalah hal-hal yang dapat kita lakukan di dekade berikutnya jika kita dapat mempertahankan fokus kita”.
Meskipun tampaknya senjata laser telah ada di dalam jangkauan, para pejabat militer telah menegaskan mereka tidak terburu-buru untuk memaksa teknologi itu ke dalam produksi.
Utilitas senjata laser itu harus ditunjukkan terlebih dahulu, sebelum bisa memasukkan lebih banyak uang ke dalam program, kata Asisten Menteri Pertahanan untuk Riset dan Rekayasa, Mary Miller dalam Konferensi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bulan lalu.
Ketergantungan AS kepada pemasok “asing” juga menghambat produksi laser, karena logam langka yang diperlukan untuk membangun sistem laser canggih sebagian besar ternyata berasal dari China.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.