Sana’a, Yaman, Militer.or.id – Pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi menyerang beberapa lokasi gerilyawan Al-Houthi pada Senin malam 19-11-2018 di pinggir Kota Pelabuhan Laut Merah, Al-Hudaydah, kata warga setempat, dirilis Antara pada Selasa 20-11-2018.
Sebanyak 12 serangan udara dilancarkan di 90th Street dan Permukiman 7 Juli 2018, saat pasukan yang berperang saling melepaskan tembakan sengit di sebelah Timur 50th Street dan Permukiman As-Saleh, demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara pada Selasa siang 20-11-2018 di Jakarta.
Peningkatan bentrokan tersebut terjadi beberapa jam setelah Pemerintah Yaman, yang didukung oleh koalisi itu, dan gerilyawan Al-Houthi yang bersekutu dengan Iran mengumumkan gagasan perdamaian guna mendukung upaya perdamaian oleh PBB.
Pemerintah menyatakan akan menghentikan pertempuran dan menghadiri pembicaraan perdamaian, sementara gerilyawan Al-Houthi mengumumkan keinginan mereka untuk menghentikan serangan Rudal balistik ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sebagai “bukti i’tikad baik” untuk mendukung upaya perdamaian PBB.
Pada Senin pagi 19-11-2018, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz As-Saud juga menyampaikan dukungannya buat perdamaian di Yaman, kata stasiun televisi Al-arabiya, yang dioperasikan oleh Arab Saudi.
Al-Hudaydah telah menjadi ajang pertempuran saat pasukan pemerintah berusaha merebutnya dari gerilyawan Al-Houthi. Gerilyawan Al-Houthi menguasai sebagian besar wilayah Al-Hudaydah, termasuk pelabuhannya yang menjadi gerbang masuk utama buat 80 persen impor dan bantuan ke negara yang dicabik perang itu.
Pada Jumat 16-11-2018, Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffitsh mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa Pemerintah Yaman dan gerilyawan Al-Houthi telah berjanji akan menghadiri pembicaraan perdamaian.
Griffiths mengatakan ia berharap bisa menyelenggarakan pembicaraan di Swedia sebelum akhir tahun ini dan bahwa ia akan mengunjungi Sana’a dan Al-Hudaydah dalam beberapa pekan ke depan. Sementara itu, Inggris meminta Dewan Keamanan PBB segera melaksanakan gencatan senjata kemanusiaan di Yaman guna menjamin keberhasilan upaya utusan PBB tersebut.
Arab Saudi memimpin koalisi militer Arab yang ikut-campur di Yaman pada tahun 2015 guna mendukung Pemerintah Presideen Abd-Rabbu Mansour Hadi, setelah gerilyawan Al-Houthi memaksa dia hidup di pengasingan dan merebut sebagian besar wilayah utara negeri itu, termasuk Ibu Kotanya, Sana’a.
Perang 4 tahun di Yaman telah menewaskan lebih dari 10.000 orang, kebanyakan warga sipil, membuat 3 juta orang lagi meninggalkan tempat tinggal mereka dan mendorong negeri itu ke jurang kelaparan.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.