Militer.or.id – J-20 Sudah Dilengkapi Mesin Buatan China?.
Dua pesawat tempur siluman kelas berat J-20 menjadikan China menjadi negara kedua di dunia (setelah Amerika Serikat) yang memiliki armada pesawat tempur generasi kelima dengan kemampuan operasional jarak jauh.
Tapi sampai saat ini, J-20 China masih memiliki kelemahan pada mesin yang harus didatangkan dari Rusia, yang membuat China memiliki ketergantungan pasokan dari luar negeri. Tapi kini semua itu sepertinya akan segera berakhir.
Gambar yang baru muncul secara online menunjukkan J-20 baru menggunakan mesin turbofan WS-10 stealth yang dikembangkan dan diproduksi di China. Mesin ini dapat dibedakan dengan nozzel afterburner bergerigi dan flaps interior untuk memanipulasi aliran semburan jet di knalpotnya.
Setelah pesawat tempur terbaru J-20 memasuki layanan, China akan menguasai secara komprehensif bagian utama teknologi pesawat tempur, termasuk radar, pesawat tempur stealth, rudal, komputer, dan mesin pesawat tempur.
J-20 terbaru dengan nomor produksi “2021,” mengungkapkan mesin turbofan yang termasuk dalam mesin WS-10 Taihang (dibangun oleh Shenyang Liming). Di antara fitur bersama adalah flaps kecil setengah lingkaran, baling-baling untuk mengendalikan arus knalpot pada nosel bagian dalam, afterburning yang lebih lebar dan variable geometry petals. Mesin Salyut AL-31 Rusia tidak memiliki fitur seperti mesin terbaru China.
Selain itu, WS-10X (mungkin secara resmi diberi nama WS-10G atau WS-10IPE) menggunakan desain gergaji di tepi nosel afterburning-nya, mirip seperti mesin F-35 F119. Ujung gigi gergaji memberikan keuntungan dalam fitur stealthiness, karena berfungsi mengarahkan kembali gelombang radar dari nozel.
Selain keuntungan lebih siluman, WS-10X diyakini memberi tenaga sekitar 14-15 ton. Mungkin cukup memberikan kekuatan bagi J-20 melakukan penerbangan jelajah supersonic tanpa afterburner pada kecepatan Mach 1-1.2.
Penggunaan mesin terbaru terhubung dengan berita penggunaan material yang lebih luas. Chengdu Aerospace Superalloy Technology Company (CASTC), sebuah perusahaan swasta, melakukan terobosan besar dalam penelitian superalloy.
CASTC, menurut Global Times dan People’s Daily, memproduksi pisau turbin kristal kelas dunia dari superalloy renium-nikel, menambahkan renium ke nikel meningkatkan kekuatan titik leleh superalloy, memungkinkan mesin yang lebih panas dan lebih efisien. Superalloy konten renium tinggi digunakan pada mesin berdaya dorong tinggi namun ringan seperti mesin turbofan F109 pada F-22 Raptor.
Sebelumnya, pengembangan mesin China seperti WS-10 tertunda karena kesulitan pembuatan pisau turbin single Kristal berkualitas. Penguasaan Cina terhadap superalloy renium (setidaknya oleh sektor swasta) tidak hanya akan membantu China membangun mesin pesawat tempur, namun juga dengan cepat dapat meneliti lebih banyak lagi model teknologi lain yang lebih mumpuni.
Popularscience