Militer.or.id – Dua Lengan Tak Cukup, Tentara AS Butuh Tiga.
Militer.or.id – Apa yang tersirat dalam benak kita saat mendengar kata prajurit atau tentara? Tentunya adalah sosok yang terlatih baik secara fisik maupun mental serta memiliki kemampuan tempur dalam menggunakan berbagai persenjataan.
Lantas apa pula yang terlintas dibenak kita saat mendengar tentang “tentara Amerika”? Sebagian dari kita pasti berasumsi bahwa mereka adalah prajurit yang selalu dilengkapi dengan peralatan canggih dan berteknologi mutakhir. Tetapi ada pula sebagian lainnya akan menganggap bahwa mereka adalah tentara yang “manja”.
Kenapa demikian? Tentara AS begitu tergantung dengan teknologi untuk bisa bertempur dengan maksimal. Tanpa itu semua bahkan mereka menganut doktrin “useless” alias tak berguna. Akibatnya militer AS menjadi manja dan lemah jika menghadapi pertempuran secara konvensional.
Dalam sebuah pertempuran, senapan serbu yang digunakan personil militer AS haruslah selalu dilengkapi dengan teleskop, helm baja juga dilengkapi sistem pencahayaan seperti penglihatan malam atau “night vision” serta senter. Tak lupa harus membawa ransum buatan pabrik yang sulit ditemukan di medan operasi.
“Exoskeleton”, Lengan Ketiga Militer AS
Angkatan Darat AS telah merilis rekaman exoskeleton yang terlihat seperti sesuatu yang keluar dari tubuh Ridley Scott dalam film Alien. Perangkat itu dijuluki sebagai “lengan ketiga”, tampak seperti baju zirah menopang berat senjata dari lengan tentara.
Pasukan infanteri harus menembak, bergerak dan berkomunikasi di sepanjang sejarah, sambil tetap membawa persenjataan hampir seberat 30 kilogram, seperti dilansir dari laman Daily Mail.
Lengan ketiga tersebut tidak membutuhkan baterai, ringan dan dapat mendistribusikan beban senjata berat secara merata.
“Ini sejalan dengan arah yang diinginkan oleh tentara AS di masa depan”, kata insinyur mekanik Dan Baechle. “Kami mendapat komentar dari tentara yang memberi tahu kami hal-hal yang berbeda tentang bagaimana rasanya di tubuh mereka tentang cara mendistribusikan beban”.
Melanjutkan bahwa beberapa dari mereka menyukainya, beberapa memberi tips tentang cara meningkatkannya, dan masukan itu digunakan untuk meningkatkan perangkat dan meningkatkan desain sehingga tidak hanya berfungsi dengan baik, tapi juga terasa baik.
Dalam pengujian awal, militer menunjukkan bahwa mereka tidak dapat menggunakan perangkat tersebut apalagi dalam masuk ke posisi tengkurap. Namun kini cacat itu telah diperbaiki.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apabila dalam suatu pertempuran ternyata alat tersebut mengalami gangguan dan prajurit tak dapat menggunakannya lagi, apakah mereka masih dapat bertempur dengan gagah berani dan profesional?