Iran menjadi satu-satunya negara yang membeli F-14. Dan satu-satunya negara yang sampai saat ini masih menerbangkan pesawat tersebut. Angkatan Laut sudah lama menggusurnya dengan kehadiran F/A-18 Hornet dan Super Hornet. Hal yang harus diingat pembelian oleh Iran mungkin menjadi salah satu faktor penting dalam menyelamatkan program F-14 untuk tetap berproduksi.
Pada tahun 1979, Shah Iran, rezim kala itu membuat kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk membeli 79 F-14A Tomcat dan 633 rudal Hughes AIM-54 Phoenix dengan nilai US$ 2 miliar. Pembelian Iran mungkin telah menyelamatkan program F-14, menurut Tom Cooper, co-penulis buku Iranian Tomcats in combat. Uang tunai Iran menyelamatkan Grumman diri dari kebangkrutan.
Iran menginginkan F-14 untuk mencegah pesawat terbang ultra-cepat MiG-25R Foxbat yang dibangun Rusia di atas Iran. Dan hal itu bekerja. Rusia memilih menghentikan penerbangan mata-matanya saat Tomcat hadir.
Lalu datanglah Revolusi Islam. Sebanyak 129 pilot F-14 Iran dan petugas radar yang dilatih di Amerika bersama dengan teknisi pemeliharaan menemukan diri mereka sebagai pihak yang dianggap musuh oleh Ayatullah. Lebih dari dua lusin pilot dan teknisi memilih melarikan diri dari Iran. Banyak dari mereka yang ditahan, beberapa dibunuh. Tapi ketika Iran berperang dengan Irak pada tahun 1980 awak F-14 kemudian sangat diperlukan hingga beberapa yang masih tersisa diampuni dan bergabung kembali dengan militer.
Tetapi banyak masalah yang menerpa Tomcat Iran. Salah satunya jelas persoalan suku cadang yang dihentikan oleh Amerika. Sekitar 77 Tomcat tetap beroperasi ketika perang pecah tapi sebagian dalam status non-operasional atau tidak sepenuhnya operasional.
Selain itu kru mereka tidak memiliki pengalaman. Namun, Iran berhasil mendapatkan sekitar selusin kembali pesawat yang masuk ke layanan dan mereka segera mencegat MiG-21, Mirage F1, MiG-23S dan MiG-25 mili Sadam Husein.
Kinerja kelas dunia Tomcat, dikombinasikan dengan radar kuat AWG-9 dan serta rudal AIM-54 Phoenix, terbukti efektif dalam melawan angkatan udara Irak di teluk. Meskipun ada sekitar 1.000 keterlibatan udara ke udara keterlibatan selama delapan tahun Perang Iran-Irak, tidak ada apapun kemenangan yang menentukan.
Dengan sumber pasokan tidak dapat diandalkan, kedua negara memilih menempatkan pesawat terbaik ke dalam status cadangan. Iran, memilih menggunakan F-14 untuk mempertahankan instalasi strategis penting seperti terminal minyak terminal utama di Khark Island.
Terus Merosot
Pada awal 1980-an Angkatan Udara Iran (IRIAF)berusaha untuk menjaga 60 Tomcat mereka tetap operasional, tetapi tingginya patroli tempur dan sedikitnya personel pemeliharaan yang berkualitas memaksa Teheran memotong jumlah pesawat yang beroperasi hanya menjadi 40 pada tahun 1984.
Jumlah ini, menurut Cooper, terus turun menjadi hanya 25 pada tahun 1986. Kurangnya dukungan juga berarti Iran harus mengenghentikan penerbangan Tomcat dengan rudal Phoenix, meskipun setidaknya dengan rudal ini mereka telah mampu menembak tiga hingga empat MigG-25 Irak.
Jumlah operasional IRIAF F-14 terus menyusut hingga 1990-an. Saat itu Angkatan Laut AS telah upgrade armada mereka menjadi varian F-14D Super Tomcat dan akhirnya melahirkan F / A-18 Super Hornet. Sementara Iran terus terbang dengan
F-14A. Pesawat makin jarang terbang dan hanya sebatas menjadi prestise bagi kekuatan mereka. Negara ini juga menerbangkan jet tempur Amerika lainnya seperti F-4E phantom dan F-5E / F, warisan pra-Revolusi Iran.
Tapi bagaimana dengan Tomcat yang terbang dan tergambar dalam video baru-baru ini? Berapa banyak yang tersisa, dan jenis senjata yang mereka miliki? Mark Bobbi, kepala analis pesawat militer di lembaga penelitian IHS Aerospace, melihat Iran mampu menjaga pesawat untuk tetap terbang. “Mereka terlihat baik dan sepertnya mereka memiliki lebih banyak pesawat yang layak terbang,” kata Bobbi.
NEXT: JADI ROTI PANGGANG DI DEPAN SUPER HORNET
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.