Len Deighton ini dalam buku berjudul Fighter, menjelaskan taktik yang digunakan ketika Inggris dalam posisi kalah jumlah pilot pesawat tempur melawan pembom Luftwaffe Jerman dalam Battle of Britain:
Pilot tempur profesional akan bergerak cepat ketika telah diizinkan. Dia berharap bisa melihat musuh sebelum mereka melihatnya dan bergegas ke sisi matahari dari mereka untuk menjaga dirinya tak terlihat. Dia membutuhkan kecepatan superior, sehingga dia menempatkan diri untuk serangan menyelam, dan ia akan memilih korban di bagian paling belakang formasi musuh sehingga ia tidak harus terbang menghadapi tembakan mereka. Dia berharap untuk membunuh pada serangan menyelam pertama. Jika ia gagal, profesional yang berdedikasi akan melarikan diri daripada menghadapi musuh yang lebih kuat.
Titik tekan Deighton adalah bahwa yang pilot terbaik Inggris menggunakan taktik hits and runs taktik dengan mengandalkan unsure kejutan dan kecepatan untuk meminimalkan kerugian, bukan dogfighting lama dengan musuh.
Taktik ini diizinkan kepada sejumlah kecil pejuang Inggris untuk mengatasi jumlah armada udara Luftwaffe Jerman yang lebih banyak.
Jelas, teknologi telah berubah secara dramatis sejak 1940. Sementara jet tempur kontemporer sekarang ini bisa lima kali lebih cepat dari pesawat tempur Spitfires dan Messerschmitt dalam Battle of Britain.
Tetapi taktik hit and run masih bisa digunakan dan dua teknologi baru berjanji untuk membuat taktik tersebut berjalan lebih efektif yakni teknologi siluman dan rudal udara ke udara jarak jauh.
Siluman dan Keterbatasan Lawan
Saat hampir setiap pesawat dapat menembakkan rudal jarak jauh, airframes siluman yang dibangun menggunakan bahan penyerap radar dan direkayasa tepat untuk meminimalkan pantulan gelombang radar. Hal ini membatasi kemampuan mereka dalam membawa beban karena tidak bisa membawa senjata eksternal atau tank drop karena dapat menjadikan mereka terdeteksi radar.
Pesawat siluman digambarkan sebagai pesawat”Low Observable ” atau rendah diamati. Mereka tidak benar-benar tidak terdeteksi, tetapi sangat sulit untuk ditemukan di radar. Mari kita tinjau batas pada teknologi siluman, dan bagaimana doktrin tempur dapat berkembang di sekitar mereka.
Pesawat siluman dioptimalkan menjadi sulit diamati di radar X-Band yang tepat digunakan pada pesawat tempur modern. Sementara beberapa radar memiliki resolusi yang lebih baik daripada yang lain, paling hanya akan dapat melacak pesawat tempur siluman ketika sudah pada jarak yang lebih pendek. F-22 diklaim memiliki radar cross section 0,0001 meter persegi di radar.
Radar bandwidth rendah lebih efektif dalam mendeteksi pesawat siluman. Ini biasanya digunakan oleh instalasi darat dan kapal, tetapi juga ditemukan pada platform aerial khusus seperti E-2D. Namun, mereka juga memiliki keterbatasan utama yakni hanya dapat mengungkapkan lokasi umum dari pesawat tempur siluman alias tidak pada titik pasnya.
Sistem Infra-Red Search-and Track (IRST) menawarkan cara lain untuk mendeteksi pesawat siluman, tapi jangkauan mereka umumnya juga terbatas. Sistem IRST terbaru dari SU-35 jangkauan telah telah hingga 50 kilometer, sedangkan radar memiliki jangkauan deteksi hingga 200 kilometer.
Sama seperti radar Low -band, IRST tidak memberikan trek yang tepat dan tidak dapat digunakan untuk mengunci senjata. Pesawat Stealth termasuk fitur yang dirancang untuk meminimalkan pelacakan panas, tetapi mereka jauh dari efektif.
Tentu saja, pesawat tempur siluman dapat dilihat dalam jangkauan visual, dan rentan terhadap rudal pencari panas.
Kesimpulanya teknologi siluman lebih efektif di kejauhan. Meskipun ada sejumlah metode untuk mendeteksi pesawat siluman jarak jauh, mereka umumnya tidak bisa menggunakannya untuk mengunci pesawat dengan senjata. Akibatnya tidak ada yang mencegah pesawat siluman untuk menembaki lawan-lawannya.
Next: Rudal Udara ke Udara Jarak Jauh
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.