Pada 28 November 1973, sebuah jet tempur MiG-21 Soviet mengakhiri misi pengintaian bersama antara Amerika-Iran di wilayah udara USSR. Pilot Rusia, Kapten Gennady N. Eliseev, 35 tahun, mengorbankan hidupnya sendiri untuk mengganggu operasi mata-mata, yang merupakan bagian dari program CIA era Perang Dingin yang dikenal dengan sandi ‘Project Dark Gene’.
Kapten Eliseev dengan sengaja menabrakkan pesawat tempur MiG-21 yagn dia piloti pada jet mata-mata RF-4C Phantom dengan kecepatan supersonik, sehingga mencegahnya lolos dengan data sensitif dari wilayah udara Uni Soviet.
Pesawat RF-4C Phantom diterbangkan oleh Angkatan Udara Iran Mayor Mohamed Shokouhnia dan Kolonel Angkatan Udara Amerika John Saunders di kursi belakang. Cerita sampulnya adalah bahwa itu adalah instruktur Amerika yang mengajar kadet Iran untuk terbang dengan jenis pesawat baru yang secara tidak sengaja memasuki wilayah udara Uni Soviet.
Namun, dalam kenyataannya, tim ini adalah bagian dari program pengintaian udara Project Dark Gene, yang dijalankan oleh Central Intelligence Agency (CIA) dan Imperial Iranian Air Force (IIAF) dari tahun 1960-an hingga akhir 1970-an.
Tujuan utama operasi gabungan CIA-IIAF adalah untuk menemukan dan memanfaatkan celah dalam sistem pertahanan udara Uni Soviet di sepanjang perbatasan Soviet-Iran yang membentang dari Kaukasus hingga Asia Tengah.
Dari kudeta 1953 sampai Revolusi Islam 1979, Iran dan Amerika Serikat mempertahankan hubungan dekat. Di bawah Mohammad Reza Shah, Iran dulunya adalah pijakan Amerika di Timur Tengah dan pemasok minyak mentah yang andal.
Pada gilirannya, Teheran menerima bantuan ekonomi dan militer dari sisi lain Samudera Atlantik: Washington dengan murah hati menyediakannya dengan senjata, peralatan dan mengirim konsultan militer ke monarki.
Menurut analis keamanan dan militer Sebastien Roblin, pada tahun 1971, Teheran mengakuisisi dua lusin pesawat pengintaian Phantom RF-4C ‘dengan modifikasi khusus untuk mendengarkan komunikasi Soviet’.
Pesawat itu memiliki beberapa kamera di hidungnya. Selain itu, kru RF-4C dapat menggunakan kamera jarak jauh yang dipasang di cantelan senjata. Pesawat bisa mengambil gambar baik siang maupun malam dari ketinggian tinggi atau rendah. Pesawat dilengkapi dengan pemindai inframerah dan stasiun radar serta dipersenjatai dengan empat rudal udara ke udara.
“Dua tempat duduk itu biasanya akan terbang dalam misi mata-mata dua kali sebulan dengan kru campuran personel Amerika dan Iran,” kata analis militer itu dalam tulisannya di National Interest.
Pada 28 November 1973, sistem pertahanan udara berbasis darat Soviet sekali lagi mendeteksi pelanggaran perbatasan. Kapten Gennady Eliseev, seorang wakil komandan bersuaia 35 tahun dari Skuadron Resimen Penerbangan Tempur 982, dikirim untuk mencegat pesawat yang tidak diketahui dari Vaziani Airfield, yang terletak di Republik Sosialis Soviet.
MiG-21 Eliseev berhasil menyusul RF-4C Phantom ketika pesawat mata-mata hampir meninggalkan wilayah udara Uni Soviet. Pada saat itu, kecepatan Phantom hampir Mach 1.4 (1074.18 mph). Kapten Eliseev membuat keputusan untuk melepaskan tembakan karena itu adalah pesawat tempur yang harus dipaksa mendarat sesuai instruksi.
Dia menembakkan kedua rudal Vympel K-13 jarak pendek miliknya, tetapi gagal menembak jatuh. Meskipun MiG-21 dilengkapi dengan meriam 23 mm, diyakini bahwa MiG-21 macet ketika Eliseev menekan pelatuknya.
Namun, dia tidak bisa membiarkan Phantom pergi. Satu-satunya pilihan yang tersisa bagi pilot Soviet adalah menabrak jet lawan.
Pesawat supersonik Soviet menghantam RF-4C membuat pesawat kemudian menukik tanpa kendali. MiG-21 pecah di udara, menewaskan pilot, sementara kru Phantom berhasil meninggalkan pesawat yang rusak.
Setelah mendarat, Shokouhnia dan Saunders ditangkap oleh penjaga perbatasan Soviet. Kedua pilot kembali ke Iran hanya beberapa minggu setelah insiden itu. Mereka ditukar dengan informasi dari satelit Soviet yang sebelumnya jatuh ke wilayah Iran.
Shokouhnia terus melayani di angkatan udara Iran. Namun nasibnya kembali berurusan dengan MiG. Da ditembak jatuh oleh pesawat MiG yang dioperasikan oleh seorang pilot Irak pada tahun 1982, selama Perang Iran-Irak. Kapten Gennady N. Eliseev sendiri diberi gelar pahlawan oleh Uni Soviet.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.