Penulis : Prasta Kusuma, S.IP
Alumni Ilmu Pemerintahan Universitas Padjajaran
Para pembaca mungkin banyak yang sudah menonton film Hunter Kiler yang dibintangi oleh actor Gerald Buttler. Dalam film ini Gerald Buttler berperan sebagai komandan kapal selam Amerika Serikat, USS Arkansas yang dikirim ke pangkalan angkatan laut Rusia di Polyarny, Rusia guna mecegah upaya kudeta yang dilakukan salah seorang Jenderal Rusia terhadap presidennya.
Dalam satu adegan, ada adegan dimana kapal selam pimpinan Commander Joe Glass ini harus menembus pertahanan bawah laut Rusia yang berada di semenanjung Kola untuk mencapai pangkalan angkatan laut Rusia di Polyarny. Banyak ranjau laut, sensor, dan rintangan lainnya sehingga sangat sulit bagi Glass untuk membawa Arkansas masuk ke dalam wilayah Polyarnyy. Beruntung, disamping Glass ada kapten kapal selam Rusia yang sempat dia selamatkan sebelumnya, kapten Sergei Andropov, yang membantu Glass membawa Arkansas menembus kemustahilan tersebut sehingga kapal selam Amerika dapat masuk dengan selamat dan tanpa terdeteksi ke dalam wilayah pelabuhan Polyarny.
Di balik kisah fiksi tersebut, sebetulnya ada sebuah cerita non fiksi yang hampir sama dengan pengalaman USS Arkansas menembus Polyarnyy. Kisah tersebut terjadi pada perang dunia ke-2 dimana sebuah kapal selam Jerman, U-47 yang dikomandani oleh Letnan Gunther Prien berhasil menembus pertahanan anti kapal selam Inggris dan berhasil masuk ke pangkalan utama Royal Navy di Scapa Flow untuk melakukan serangan. Aksi tersebut dilakukan oleh Kapten Gunther Prien bersama awak kapal selam U-47 pada 14 Oktober 1939 dini hari.
Scapa Flow sendiri merupakan pangkalan laut utama dari Royal Navy yang terletak jauh di Laut Utara dan berada di wilayah Skotlandia. Scapa Flow sendiri ditunjuk menjadi pangkalan utama Royal Navy karena letaknya yang sangat jauh dari pangkalan udara Jerman. Letaknya yang berada ditengah wilayah kepulauan pun menjadi kan Scapa Flow terproteksi dari segala macam ancaman yang ada. Royal Navy juga membangun pertahanan anti serangan udara, anti kapal selam, dan anti kapal permukaan di sekitar Scapa Flow. Secara logika, sangat sulit untuk pasukan Axis menyerang Scapa Flow selain untuk bunuh diri.
Admiral Karl Dönitz, panglima armada kapal selam Kriegsmarine saat itu sangat menyadari hal ini. Dibalik kemustahilan menembus pertahanan Scapa Flow, ada hal yang sangat menguntungkan bagi Nazi Jerman apabila sanggup menembusnya, yaitu moral pasukannya akan naik dan moral pasukan Inggris akan turus karena pangkalan utama mereka ternyata masih bisa ditembus “maling”. Karena itu dalam menjalankan niat nya menyerang scapa Flow, Dönitz membutuhkan komandan kapal selam yang cerdas, berani, dan nekad. Maka pilihan itu jatuh kepada Guhter Prien, komandan dari kapal selam U-47. Dönitz memanggil Prien ke markas besarnya pada tanggal 1 Oktober 1939 untuk membicarakann misi ini. Dönitz memberikan briefing singkat untuk menyerang Scapa Flow dan juga menanyakan kesanggupan Prien untuk mengeksekusi misi ini karena misi ini bisa dibilang misi one-way ticket dimana resikonya sangat tinggi.
Prien pun menyanggupi misi ini dan memerintahkan ke 43 awak dari kapal selam U-47 untuk segara berkumpul di markas. Prien sendiri tidak lngsung memberitahu tujuan utama dari misi kali ini untuk menyerang Scapa Flow kepada awak kapal selam nya. U-47 mulai bergerak dari pangkalan kapal selam di Wilhemshaven pada tanggal 8 Oktober.Prien hanya memeritahkan kepada awak kapal selamnya untuk mengarahkan U-47 ke Laut Utara dan menghindari segala hal yang dapat membuat posisi dari kapal selam U-47 ini terdeteksi. Para awak Prien mulanya merasa heran, kenapa komandan mereka yang biasanya agresif kini menjadi pasif, dan menghindari kapal-kapal yang sebenarnya bisa mereka karamkan.
U-47 sendiri akhirnya tiba di depan pintu Scapa Flow di Kirk Sound, satu satunya pintu yang masih mungkin diterobos menurut pengintaian, pada tanggal 13 Oktober 1939. Dalam tahap ini, Prien memberitahu kepada awaknya kebenaran misi utama U-47 untuk menyerang Scapa Flow. Prien memeritahkan awaknya untuk bekerja sebaik mungkin, menghindari kebisingan yang dapat memicu deteksi musuh, dan juga memerintahkan awak nya untuk menanam bahan peledak ditubuh U-47 untuk menghindari kapalnya jatuh ketangan musuh apabila misi gagal.
Pada tanggal 13 oktober tersebut, U-47 sendiri diam didasar laut menunggu langit gelap. Prien merencanakan untuk menerobos Kirk Sound menjelang tengah malam dengan berlayar dipermukaan karena air dangkal dan arus bawah laut yang begitu kuat sehingga menyulitkan maneuver. Ketika langit mulai gelap, U-47 dengan sangat hati hati bergerak masuk melalui celah tersebut menuju Scapa Flow. Banyak nya ranjau laut, kabel perintang, hingga bangkai kapal membuat maneuver yang dilakukan awak U-47 sangat mendebarkan. Namun, pada pukul 00.27 tanggal 14 Oktober, U-47 sukses melewati Kirk Sound dan berhadapan langsung dengan pangkalan utama angkatan laut Royal Navy, Scapa Flow.
Sebelum melakukan serangan, Letnan Prien melakukan pengintaian akhir dan menemukan siluet dari 2 objek besar yaitu HMS Royal Oak dan HMS Pegasus. Hingga detik itu, Royal Navy belum menyadari jika rumah mereka kemasukan maling. Tanpa menyia-nyiakan peluang, Letnan Prien memerintahkan awak kapal selamnya untuk mempersiapkan 4 buah torpedo. Dalam jarak 3000 yard dari objek kapal tersebut, Letnan Prien memerintahkan awaknya untuk menembak. 3 Torpedo meluncur sementara 1 torpedo lagi mengalami kerusakan ditabung nya. Boom Boom Boom, terdengar ledakan dikejauhan. Setelah ledakan tersebut, Letnan Prien memerintahkan awaknya untuk mengisi ulang torpedo dan menembak lagi. 3 torpedo kembali meluncur, dan ledakan pun kembali terdengar. Langit Scapa Flow pun menjadi terang bendera serta diriuhi suara ledakan.
Rombongan torpedo yang ditembakan oleh U-47 mengenai telak bagian lambung Battleship Inggris HMS Royal Oak. Naasnya ketika torpedo pertama meledak saat mengenai salah satu bagian battleship tersebut, sebagian besar awaknya mengira bahwa telah terjadi serangan udara, bukan seranngan dari arah laut sehingga banyak yang berlari kebagian bawah dek kapal. Hal ini menyebabkan, ketika torpedo lainnya menghatam Royal Oak dan menyulut ledakan yang lebih besar, battleship veteran perang dunia I ini pun miring, terbalik dan tenggelam 15 menit kemudian membawa 833 awak kapal beserta komandan dari Royal Navy 2nd Battle Squadron, Laksamana Muda H.E.C Blagrove.
Sementara kepanikan terjadi di Scapa Flow, U-47 beserta awak kapalnya dengan tenang meninggalkan area tersebut sebelum patrol laut Royal Navy mengetahui jejaknya. Letnan Prien berserta awaknya pun pulang kembali menuju pangkalan Jerman sebagai pahlawan perang. Pukulan yang diberikan U-47 terhadap Royal Navy bisa dibilang sangat telak. Walau hanya berhasil menenggelamkan sebuah battleship, namun hal itu terjadi didalam markasnya sendiri. Markas yang dianggap cukup aman dari berbagai macam serangan namun berhasil ditembus oleh keberanian, keterampilan, serta keprofesionalan Letnan Prien beserta awak kapal selam U-47.
U-47 sendiri terus menjelema menjadi salah satu monster laut yang menyeramkan di ETO. Selamat penugasannya di Kriegsmarine, U-47 berhasil menenggelamkan 30 kapal dagang dengan total 162,769 GRT dan satu battleship (HMS Royal Oak) dengan berat 29,150 tons, U-47 juga berhasil merusak sekitar 8 kapal dagang lainnya dan satu kapal perang lainnya. Pada bulan 7 Maret 1941, markas besar Kriegsmarine kehilangan kontak dengan U-47 dan tidak pernah kembali ke pangkalan. Banyak issu yang berhebus dari mulai ditenggelamkan oleh kapal perang Royal Navy, meledak karena misfired torpedonya sendiri, hingga kerusakan mekanis sehingga U-47 tidak pernah kembali kepangkalan. Hingga saat ini tidak diketahui penyebab pasti dari tenggelamnya U-47 bersama komandannya Gunther Prien dan ke-45 awak kapalnya karena tidak ada catatan resmi mengenai apa yang tejadi terhadap U-47.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.