Militer.or.id – Lihat, B-1B Lancer Versi Rusia.
Nama bomber strategis Amerika Serikat, B-1B Lancer sedang naik daun, akibat beberapa kali mondar mandir di Semenanjung Korea sebagai bagian dari Show of Force, reaksi atas ujicoba rudal balistik Korea Utara. B-1B Lancer melakukan latihan perang dengan pesawat tempur canggih F-22 dan F-35 atau dengan F-15 Korea Selatan dan Jepang. Saat ini B-1B Lancer menjadi alutsista andalan sekutu dalam menghadapi ancaman rudal dan nuklir Korea Utara.
Di saat B-1B Lancer telah menjadi salah satu dari dua bomber andalan Angkatan Udara AS untuk pembom strategis, Rusia sebenarnya memiliki bomber yang lebih besar daripada Lancer yang perkasa.
Pesawat ini adalah Tupelov Tu-160 Blackjack.
Blackjack dimaksudkan untuk mengisi peran yang sama dengan B-1B – penetrator long-range supersonic low-altitude.
Rusia sebelumnya telah mengembangkan Tu-22M / Tu-26 Backfire sebagai pembom supersonik, namun Backfire adalah jarak pendek, dan merupakan pembom menengah seperti FB-111A daripada pembom strategis sejati.
Menurut MilitaryFactory.com, Tu-160 memiliki kecepatan tertinggi 2000 km/jam, dan dengan jangkauan 14.000 kilometer. Pesawat ini bisa membawa 12 rudal darat-ke-udara AS-16 Kickback, 6 rudal jelajah AS-15 Kent, atau sampai 39 ton bom. Pesawat Tu-160 Blackjack melakukan debut tempurnya selama operasi Rusia untuk mendukung Presiden Bashir al-Assad di Suriah.
Hanya 34 Blackjacks yang dibangun termasuk prototipenya. Pada akhir Perang Dingin, produksi berakhir untuk sementara waktu. Pembom ini berbasis di Ukraina sebelum Uni Soviet runtuh. Setelah Uni Soviet bubar, Tu-160 Blackjack terbagi antara Rusia dan Ukraina. Namun Ukraina kemudian menjual delapan Tu-160 Blackjack ke Rusia, sementara 11 lainnya dibatalkan berdasarkan program pelucutan senjata Nunn-Lugar.
Tu-160 mencapai kemampuan operasi penuh pada tahun 2005. Saat ini, 16 pesawat ini beroperasi, dibandingkan dengan sekitar 60 bomber B-1B Lancer AS. Rusia mengumumkan rencana untuk membuka kembali jalur produksi senjata ampuh ini sesuai laporan 2015 oleh Flight Global, dengan rencana untuk membangun hingga 50 pesawat.(scout.com).