Militer.or.id – Kebutuhan Teknologi Enkripsi untuk Militer Indonesia.
Semarang – Perseroan Terbatas Indoguardika Cipta Kreasi (PT ICK), salah satu pelaku industri pertahanan dalam negeri di Kementerian Pertahanan siap menyokong TNI dalam memproduksi teknologi enkripsi untuk keperluan militer Indonesia.
Hal itu mengingat berbagai konflik dan perang di beberapa belahan dunia sekarang ini tidak ada yang lepas dari proses perang siber, kata Direktur Utama PT ICK Agung Setia Bakti kepada Antara pada Senin 2-10-2017 malam di Semarang, Jawa Tengah.
Ketika menjawab pertanyaan mengenai perlu tidaknya tentara siber, Agung Setia Bakti mengatakan bahwa pembentukan Satuan Siber (Satsiber) TNI merupakan amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
“Satsiber TNI berfungsi untuk keamanan operasional alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI yang berbasis teknologi informatika,” kata Agung Setia Bakti. Dia menilai langkah tersebut sangat tepat mengingat kebutuhan kekuatan di dunia siber sangat perlu pada era serbadigital seperti sekarang ini.
Kekuatan siber, kata Agung Setia Bakti adalah instrumen strategis yang dapat dimanfaatkan sekelompok orang untuk menyerang infrastruktur vital suatu negara. Tidak hanya itu, data intelijen negara juga dapat disusupi dengan berita bohong (hoaks).
Agung menegaskan bahwa peranan TNI dalam mempertahankan kedaulatan pascareformasi sampai sekarang ini tidak pernah bergeser.
Tetapi, katanya lagi tantangan yang dihadapi makin berat sebab ancaman terhadap NKRI kini tidak hanya tampak secara fisik, tetapi ancaman nonfisik juga sangat kuat. Salah satunya adalah ancaman yang datang dari wilayah siber.
Oleh sebab itu, TNI dituntut untuk bisa cepat adaptasi dengan perkembangan teknologi belakangan ini. Apalagi, berbagai konflik dan perang di beberapa belahan dunia sekarang ini tidak ada yang lepas dari proses perang siber. “TNI harus memutakhirkan paradigma, infrastruktur, dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang ada,” ujarnya.
Dalam perang Rusia dan Georgia pada tahun 2008, misalnya. Sebelum melaksanakan serangan ke wilayah Georgia, kata Agung, Rusia melakukan peretasan yang menyerang pada infrastruktur penting. Serangan siber tersebut berhasil membuat Rusia dengan mudah memasuki wilayah Georgia.
Dalam kasus ini, kemampuan pertahanan siber sebuah negara diuji sekaligus kemampuan serangan siber pun diuji. Ia menegaskan bahwa TNI sebagai garda depan mempertahankan NKRI dari serangan asing sudah sewajarnya memiliki kemampuan siber yang tangguh.
Penguatan Satsiber TNI, menurutnya mulai dari menginventarisasi apa saja yang perlu. Salah satu yang cukup vital untuk diperkuat adalah teknologi enkripsi untuk komunikasi.
Enkripsi ini akan memastikan di jalur komunikasi TNI, baik melalui saluran radio, data internet, jaringan GSM, maupun satelit, akan terlindungi keamanannya, atau pihak asing lain yang tidak bertanggung jawab tidak mudah menyadapnya.
ika pengamanan komunikasi ini tidak mendapatkan prioritas dapat menyebabkan instabilitas di dalam negeri dan sangat membahayakan bagi keamanan negara dalam jangka pendek maupun panjang. (Antara).