Militer.or.id – Pembebasan Sandera di Tembagapura yang Penuh Risiko.
Timika, Militer.or.id – Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar dan Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit dilaporkan nyaris tertembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Peristiwa itu terjadi sewaktu Kapolda dan Pangdam ikut mengevakuasi ratusan warga pada Jumat 17 November 2017 di Banti, Kimbeli, dan area longsoran, Distrik Tembagapura, kata Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi pada Sabtu 18 November 2017 di Timika.
“Saat kegiatan evakuasi warga oleh tim gabungan TNI dan Polri, anggota kami masih diserang dengan tembakan oleh KKB dari jarak jauh dan ketinggian. Bahkan Kapolda dan Pangdam diberitakan hampir terkena,” ujar Kolonel Inf Muhammad Aidi .
Kolonel Inf Muhammad Aidi mengakui usaha pembebasan sekitar 344 warga sipil yang terisolasi di Banti, Kimbeli, dan daerah longsoran Tembagapura itu penuh risiko lantaran KKB terus menghujani aparat dan warga dengan tembakan, meski dari jarak yang cukup jauh.
“Itulah risiko yang diambil aparat TNI dan Polri untuk menyelamatkan masyarakat demi kepentingan kemanusiaan. Terkadang keselamatan dirinya sendiri diabaikan demi untuk menyelamatkan masyarakat,” ujar Kepala Penerangan. Kolonel Aidi mengisahkan secara detil proses pembebasan 344 warga sipil yang terisolasi pada Jumat 17-11-2017 di Kampung Banti, Kimbeli dan area longsoran, Distrik Tembagapura.
Disebutkan bahwa pasukan TNI sudah bergerak ke lokasi sasaran sejak 5 hari sebelumnya. Pasukan yang diterjunkan terdiri atas Kopassus sebanyak 13 personel ditambah Batalyon 751/Rider sebanyak 20 personel dengan tugas khusus merebut Kampung Kimbeli dari penguasaan KKB.
Selain itu, Peleton Intai Tempur Kostrad bersama Batalyon Infanteri 754/Eme Neme Kangasi dengan personel masing-masing 10 orang bertugas merebut Kampung Banti. Rencana menyerbu KKB yang berada di Banti dan Kimbeli pada Kamis 16-11-2017 urung dilaksanakan mengingat saat itu kelompok separatis tersebut membaur dengan masyarakat.
“Mereka bergerak dengan sangat senyap, sangat rahasia pada malam hari. Lalu pada siang hari mereka mengendap, membeku. Sambil mempelajari situasi secara perlahan sekali mereka sampai di titik sasaran. Bahkan dilaporkan satu hari sebelum jam yang disepakati untuk menyerbu, pasukan kami sudah berada di lokasi masing-masing dan selama satu hari itu mereka tidak makan,” jelas Kolonel Aidi.
“Saat itu anggota sudah meminta izin kepada Pangdam untuk segera mengatasi KKB karena jarak mereka hanya sekitar 30-50 meter dan ada anggota KKB yang menenteng senjata api,” jelas Kolonel Aidi.
Namun Pangdam Cenderawasih memberikan petunjuk bahwa jika KKB masih membaur dengan masyarakat sipil, tidak boleh diapa-apakan karena operasi penumpasan KKB Tembagapura itu lebih mengutamakan keselamatan warga sipil. Selanjutnya pada Jumat 17-11-2017 pagi, sejumlah pentolan KKB yang baru bangun langsung bergerak ke pos-pos di wilayah ketinggian yang sudah mereka dirikan.
Di pos-pos itu dilaporkan juga terdapat sejumlah bendera kelompok separatis Papua merdeka. Saat itulah, pasukan TNI merangsek menyerbu ke Kampung Kimbeli dan Banti secara serentak dan kelompok separatis bersenjata itu langsung kocar-kacir menyelamatkan diri ke dalam hutan dan ke area ketinggian sambil menyerang aparat dengan tembakan bertubi-tubi.
Saat penyerbuan itu dilakukan, dilaporkan jarak pandang di lokasi itu hanya sekitar tiga hingga lima meter karena kondisinya masih berkabut tebal. Setelah KKB lari kocar-kacir meninggalkan kedua kampung itu, aparat gabungan TNI dan Polri lainnya bergegas menuju ke dua kampung itu untuk membebaskan ratusan warga yang disandera.
Kolonel Aidi mengatakan saat proses evakuasi warga masih berlangsung, kontak tembak antara aparat TNI-Brimob dengan KKB masih terus berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 2 jam. “Kami belum bisa memastikan apakah dari pihak mereka ada korban atau tidak,” ungkap Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi. (Antara).