Militer.or.id – Suriah Tegaskan Israel Belum Berani Melakukan Serangan Udara.
Militer.or.id – Suriah baru saja mengkonfirmasi untuk pertama kalinya, bahwa Angkatan Udara Israel belum berani meluncurkan serangan udara ke wilayah Suriah sejak Rusia mentransfer sistem rudal anti-pesawat S-300, seperti dilansir dari laman Bao Dat Viet.
Tidak Berani Terbang ke Suriah
Angkatan Udara Israel belum berani menggunakan jet tempur generasi kelima F-35i di Damaskus setelah tertembaknya Il-20 dan setelah Rusia menyerahkan sistem pertahanan udara S-300 kepada Suriah, menurut keterangan Kementerian Pertahanan Suriah.
Walau, dalam beberapa hari terakhir, Angkatan Udara Israel mencoba menggunakan F-35i untuk terbang di dekat perbatasan Lebanon Timur, namun kemudian itu kembali ke pangkalannya tanpa berani melanggar wilayah udara Suriah.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa Suriah secara resmi mengkonfirmasi tidak ada serangan udara Israel selama hampir dua bulan terakhir, majalah asal Jerman juga membahas tentang masalah ini.
Menurut majalah Jerman tersebut, Angkatan Udara Suriah tak pernah lagi membalas serangan dari Angkatan Udara Israel di wilayah Suriah. Menurut majalah itu, tampaknya Israel agak takut dengan sistem S-300 yang baru yang ditransfer Rusia kepada Suriah.
Dan memang kenyataannya, sejak terjadinya insiden dengan Il-20 Rusia pada 17 September, tidak ada informasi resmi dari Israel yang menunjukkan bahwa Angkatan Udaranya telah melancarkan operasi yang diarahkan ke Suriah.
Berdasarkan informasi ini terungkap kebenarannya, bahwa serangan udara Israel terhadap Suriah di pagi hari tanggal 30 Oktober mungkin hanya informasi palsu. Dan keheningan Angkatan Udara Israel selama lebih dari sebulan ini telah dikaitkan dengan hadirnya pertahanan udara jarak jauh S-300 disana.
F-35 Akan Ditembak Jatuh oleh S-300
Dengan tindakan pencegahan Israel terhadap sistem pertahanan udara Suriah, majalah National Interest juga menerbitkan sebuah makalah yang membahas mengenai ancaman terhadap F-35i jika Israel berani menyerang di wilayah udara Suriah.
Salah satu misi utama jet tempur F-35 adalah untuk menekan dan menghancurkan peralatan anti-pesawat musuh yang canggih, termasuk S-300. F-35 akan menjadi senjata yang lebih menggelegar melalui upgrade sistem Blok 3 dan instalasi Blok 4.
Namun National Interest mengatakan bahwa tidak ada jaminan bahwa para pejuang yang tangguh tidak akan ditembak jatuh oleh S-300. Selain itu, Israel pun tak akan berani menyerangnya secara langsung terhadap unit anti-pesawat tersebut.
Kehati-hatian Israel disorot oleh ahli militer terkenal Mikhail Khadarenok dalam wawancara baru-baru ini dengan stasiun radio VestiFM bahwa Tel Aviv kurang percaya diri dalam konfrontasi baru melawan sistem S-300 dengan F-35i walaupun kemampuan siluman buatan Amerika hampir tidak dapat disangkal.
Mengingat bahwa Israel telah melakukan latihan gabungan dengan Ukraina di wilayahnya. Latihan ini disebut Clear Sky-2018, merupakan latihan terbesar sejak Ukraina memenangkan kemerdekaan. Dalam latihan Clear Sky 2018 yang berlangsung dari 8 – 19 Oktober di Khmelnytsky dan Vinnitsa, di barat Ukraina, Israel dan AS juga berlatih cara menghadapi sistem S-300.
Dari latihan tersebut media Israel melaporkan bahwa Israel telah menganalisis semua kemampuan jet tempur siluman F-35i dalam menghadapi S-300 Rusia di Suriah. Namun ahli Rusia Khadarenok mengatakan bahwa analisis Israel tidak masuk akal untuk menganggapnya mampu bertarung satu lawan satu antara F-35i dan S-300 dapat terjadi di Suriah.
Situasi seperti itu tidak mungkin terjadi di zaman modern. Situasi ketika sebuah jet tempur siluman digunakan untuk menghadapi sistem pertahanan udara modern tidak realistis. Jadi menganalisis pertarungan F-35i untuk melawan S-300 dalam hal ini tidak perlu.
Para ahli mencatat bahwa, terlepas dari kualitas peralatan yang ada pada F-35i, mereka tidak baik terhadap serangan udara balasan. Untuk mampu memerangi S-300, ada kebutuhan kepada sistem pertahanan secara penuh dengan pertahanan berlapis dan berbeda.
Sistem persenjataan ini bekerja dengan sistem anti-pesawat, dan jelas F-35i termasuk jet tempur, rekayasa radio, dan peralatan perang elektronika yang semuanya terkait erat dan berpotensi untuk menyerang balik dalam menanggapi pembom, rudal dan sarana serangan lainnya.
Artinya, ketika perang pecah, setiap tingkat sistem pertahanan udara tunggal akan menjadi butiran pasir dalam melawan kekuatan militer suatu bangsa, tekan Khadarenok.
Sistem S-300 ini dapat dihancurkan oleh F-35I di bawah skenario hanya jika Suriah memutuskan untuk meninggalkan kompleks ini sendirian di padang pasir, tanpa perlu dijaga oleh peralatan atau sistem pertahanan lainnya dan tidak dioperasikan oleh kru yang berpengalaman.
Dalam hal ini, kemungkinan usaha jet siluman F-35 Israel kemungkinan besar akan bisa tercapai. Namun situasi ini tidak akan pernah terjadi ketika S-300 dikerahkan secara padat dan ini terjalin dengan banyak senjata lainnya dilapangan.
Jadi itu semua diterapkan dilapangan, maka peluang untuk F-35 Israel hampir tidak ada.