Militer.or.id – Saudi Cegat Rudal Yaman Keduakalinya dalam Sebulan.
Dubai, Jakartagreater – Sebuah peluru kendali (Rudal) balistik yang ditembakkan oleh kelompok bersenjata Houthi menuju Arab Saudi, ditembak jatuh pada Kamis 30 November 2017 di dekat kota Khamis Mushait, Arab Saudi, menurut laporan saluran al-Arabiya yang dikelola Kerajaan Saudi.
Kejadian itu adalah penembakaan peluru kendali balistik kedua dari Yaman dalam satu bulan belakangan, setelah sebelumnya sebuah roket berhasil ditembak jatuh di dekat Bandar Udara Raja Khaled, di pinggiran sebelah Utara ibu kota Riyadh.
Sebuah pasukan gabungan pimpinan Saudi, yang sedang memerangi Houthi di Yaman, menutup jalan udara, darat dan laut, dalam sebuah tindakan yang dimaksudkan untuk menghentikan aliran pasokan senjata dari Iran kepada gerakan Houthi. Kelompok pemberontak Houthi mengendalikan sebagian besar wilayah Yaman Utara.
Blokade yang diterapkan pasukan pimpinan Saudi juga telah memutus pengiriman makanan terhadap 7 juta warga Yaman yang berada dalam jurang kelaparan. “Pertahanan udara mencegat sebuah peluru kendali balistik, yang ditembakkan oleh gerakan Houthi menuju Khamis Mushait,” kata Arabiya melalui akun Twitter-nya, tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Gerakan Houthi dan kelompok yang setia pada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, telah menembakkan puluhan peluru kendali ke wilayah Saudi selama perang yang telah berlangsung 2,5 tahun itu. Kantor berita resmi mereka mengatakan bahwa sekutu pemberontak itu telah melancarkan peluru kendali ballistik jarak menengah yang dapat mencapai sasaran militer dengan ketepatan tinggi.
SABA, mengutip sumber militer, menambahkan bahwa keberhasilan uji coba adalah awal atas peluncuran peluru kendali buatan lokal. Arab Saudi dan sekutunya, yang menerima bantuan senjata dan intelijen dari Amerika Serikat, menuduh gerakan Houthi sebagai perpanjangan tangan dari Iran.
Pasukan sekutu pimpinan Saudi telah melancarkan ribuan serangan udara menyasar Houthi yang masih menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota Sanaa dan pelabuhan strategis Hodeidah. Kemelut tersebut telah menyebabkan terjadinya salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dan telah menewaskan setidak tidaknya 10.000 orang. (Antara/Reuters)