Militer.or.id – TNI Berharap Dua Su-35 Tiba Bulan Oktober.
Militer.or.id – Tentara Nasional Indonesia (TNI) diharapkan dapat menyambut dua jet tempur Su-35 “Flanker-E” bersenjata lengkap dalam armada tempurnya pada bulan Oktober, setelah menandatangani kontrak pembelian jet tempur Rusia, seperti dilansir dari laman Arab News. (16/2/2018)
Juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigjen Totok Sugiharto mengkonfirmasi kepada media tersebut bahwa kontrak pembelian 11 pesawat tempur multiperan telah diteken di Jakarta pada tanggal 14 Februari 2018.
Laksda Agus Setiadji, Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) di Kementerian Pertahanan telah mewakili pemerintah Indonesia menandatangani kesepakatan untuk membeli pesawat tempur Su-35 dari Rusia.
Dua pesawat tempur Su-35 pertama diperkirakan akan tiba pada awal Oktober, tutur Totok, untuk ambil bagian dalam parade perayaan hari ulang tahun TNI pada tanggal 5 Oktober 2018.
“Jet tempur Su-35 akan menggantikan armada tempur F5-E yang ada”, tambahnya.
Kontrak senilai $ 1,14 miliar tersebut diselesaikan setelah negosiasi dimulai pada 2017. Ini termasuk penandatanganan kesepakatan bilateral di Moskow pada bulan Agustus untuk barter dengan kopi, teh, minyak sawit, kakao, rempah-rempah dan juga turunan komoditasnya, ikan olahan dan tekstil serta produk pertahanan dari Indonesia dengan armada Sukhoi.
Informasi tentang kontrak pembelian Su-35 oleh Indonesia juga dirilis oleh voaindonesia.com, 17/2/2018.
Menurut voaindonesia.com, Indonesia telah menandatangani kontrak satu miliar dolar untuk membeli 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia, ujar seorang pejabat, Sabtu (17/2/2018).
Kontrak yang ditanda-tangani wakil kedua negara di Jakarta, Rabu (14/2/2018), bernilai $1,14 miliar, kata juru bicara kementerian pertahanan Indonesia Totok Sugiharto.
“Dua pesawat Sukhoi akan diserahkan bulan Agustus tahun 2018,” katanya kepada AFP.
Imbal Dagang
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia dan Rostec, perusahaan negara Rusia yang akan menjadi badan yang mengimplementasikan proses imbal dagang tersebut.
Kesepakatan imbal dagang tersebut memungkinkan Indonesia membayar 50 persen dari nilai kontrak jet tempur Sukhoi dengan mengekspor komoditasnya senilai $ 570 juta, kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di bulan Agustus dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
“Dengan kesepakatan barter ini, Indonesia bisa mengekspor lebih banyak komoditas yang sebelumnya telah kita ekspor, dan juga komoditas yang belum kita ekspor sebelumnya”, kata Enggartiasto.
Sesuai undang-undang industri pertahanan Indonesia, kontrak pengadaan peralatan utama sistem pertahanan dari produsen asing harus memenuhi persyaratan offset 35 persen.
Rusia telah mengatakan bahwa pihaknya akan memberikan 35 persen offset dari total nilai kontrak dengan memberi pelatihan untuk pemeliharaan serta perbaikan armada Sukhoi kepada Indonesia.
Pada bulan Oktober 2018, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan sesuai permintaan dari TNI Angkatan Udara, bahwa jet tempur Su-35 tersebut akan dilengkapi dengan rudal udara-ke-udara, rudal udara-ke-darat, bom, peralatan pendukung darat, simulator, suku cadang dan mesin cadangan.
Sejak pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang merupakan pendahulu Presiden Indonesia saat ini, Joko Widodo, Indonesia secara signifikan meningkatkan anggaran pertahanannya untuk terus memodernisasi armada dan peralatan Angkatan Bersenjata yang sudah tua dan meremajakan industri pertahanannya.
Pengeluaran untuk belanja peralatan militer terebut bertujuan untuk memenuhi target Minimum Essential Force (MEF) pada tahun 2024.