Militer.or.id – AS: Jangan Pakai S-400 Walaupun Telah Kalian Beli.
Militer.or.id – Turki dan Amerika Serikat baru-baru ini telah mengambil langkah penting ke arah yang benar dengan mengesahkan peta jalan untuk provinsi Manbij Suriah yang akan mengarah pada penarikan Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dan Sekretaris Negara AS Michael Richard Pompeo (Mike Pompeo) di Washington.
Seperti dilansir dari Hurriyet Daily, meski dianggap sebagai perkembangan positif untuk normalisasi hubungan antara AS-Turki, masih ada beberapa sengketa yang sangat penting antara dua sekutu lama, termasuk pengadaan S-400 Turki dari Rusia.
Pejabat senior Turki dan AS telah berdialog dan bernegosiasi untuk mengatasi masalah selama beberapa waktu, dengan penekanan khusus kepada 2 masalah utama: S-400 dan proses Manbij.
Berbicara kepada sumber diplomatik yang meminta untuk tetap anonim, Hurriyet Daily telah memperoleh informasi mengenai latar belakang pembicaraan tertutup antar kedua negara mengenai hal-hal kunci ini. Mereka telah terlibat dalam diplomasi dalam beberapa bulan terakhir di hampir setiap tingkatan, dengan yang terakhir antara Cavusoglu dan Pompeo pada tanggal 4 Juni.
Salah satu jalur diplomasi Turki-AS ini terfokus pada upaya Turki untuk meningkatkan pertahanan udaranya dengan sistem anti rudal balistik yang canggih buatan Rusia. AS pun telah lama menentang pengadaan ini karena tiga alasan utama.
Pertama, bertentangan dengan rencana NATO untuk lebih mengisolasi dan menghalangi Rusia. Sebuah RUU yang diundangkan di Kongres AS pada 2017 memberlakukan sanksi terhadap negara dan perusahaan yang terlibat dalam kontrak untuk membeli persenjataan Rusia.
Kedua, adanya kekhawatiran bahwa penyebaran ini akan membahayakan penerbangan pesawat-pesawat NATO, khususnya F-35 yang juga ada pada rencana pengadaan Turki dari AS.
Ketiga, adanya kekhawatiran menurunnya perdagangan yang memprioritaskan penjualan sistem pertahanan udara Patriot buatan AS kepada Turki dan sekutu NATO lainnya.
Sanksi akan dibalas
Pembicaraan antara Ankara dan Washington pada S-400 adalah seputar tiga masalah ini. Permintaan utama AS dari sekutunya adalah pembatalan pembelian S-400 dengan alasan bahwa itu bisa memicu sanksi terhadap Turki. Padar pejabat Turki dengan tegas menolak permintaan ini dan menekankan bahwa sistem S-400 akan dibeli dan disebarkan karena Turki membutuhkannya.
“Semua negara di sekitar kita memiliki sistem rudal. Bayangkan jika misalnya, hubungan dengan Iran memburuk atas Suriah dan mereka meluncurkan rudal pada kita. Bagaimana Turki akan dapat melindungi dirinya sendiri?” Adalah pertanyaan yang diajukan kepada para pejabat Amerika.
Mereka juga mengecam ancaman yang dikenakan pada Turki, dengan memperjelas bahwa “sanksi apa pun terhadap Turki tidak akan ditinggalkan tanpa dijawab”.
Setelah sikap tegas Turki pada pembelian sistem ini, pejabat AS mengisyaratkan bahwa “Turki tak boleh menggunakan S-400 bahkan jika mereka telah membelinya dari Rusia”, sementara sumber diplomatik Turki mengatakan ini bukan harapan yang realistis.
Ayo Kerjasama
Setelah mengabaikan seruan pembatalan, Turki menyarankan bekerjasama dengan AS untuk melihat potensi konsekuensi dari penyebaran sistem S-400 dan untuk mengatasi kekhawatiran AS pada keselamatan pesawat tempur NATO.
Dalam pembicaraan dengan para pejabat AS, Turki menjelaskan kepekaannya dengan tidak menempatkan pesawat-pesawat NATO dalam bahaya melalui sistem senjata yang diperolehnya dari sumber non-NATO. Turki juga menekankan bahwa mereka pun belum memilih opsi pengiriman cepat sembilan bulan yang telah ditawarkan oleh Rusia.
“Jika kami telah menerima opsi untuk pengiriman sembilan bulan maka kami tidak akan memiliki kendali atas penggunaan S-400. Mereka hanya akan digunakan oleh para ahli Rusia, karena perangkat lunak nasional tidak akan siap untuk diunggah. Sebaliknya, kami telah memilih opsi 19 bulan sehingga kami dapat mempersiapkan pekerjaan teknis kami dan menggunakannya dibawah kendali penuh Turki. Kami sangat sensitif dalam hal ini”, menurut pejabat Turki.