Militer.or.id – Skandal Terbaru Dapat Merusak Peluang KAI Menangkan Kompetisi T-X.
Militer.or.id – Korea Aerospace Industries (KAI) saat ini tengah menghadapi jalan bergelombang untuk dapat mengekspor jet pelatih supersoniknya kepada Angkatan Udara Amerika Serikat di tengah serangkaian laporan berita yang tidak menguntungkan tentang skandal korupsi dan hubungannya dengan pengacara pribadi Presiden AS Donald Trump, seperti dilansir dari laman Korea Times.
Sumber-sumber industri pada hari Kamis, 21 Juni mengatakan bahwa iklim opini yang ada saat ini dapat menyebabkan kegagalan KAI untuk memenangkan apa yang akan menjadi kontrak pertahanan terbesarnya senilai $ 16 miliar.
KAI telah membuat tawaran bersama untuk proyek Advanced Pilot Training (APT), yang sebelumnya dikenal sebagai program T-X, bersama-sama dengan raksasa pertahanan AS Lockheed Martin, untuk menggantikan pesawat latih T-38 yang sudah tua di Angkatan Udara AS.
Angkatan Udara AS berencana untuk mengakuisisi 350 pesawat latih modern lewat mega proyek, dimana KAI mengusulkan T-50A, versi perbaikan dari pesawat latih supersonik T-50 Golden Eagle.
Menurut laporan sejumlah media AS baru-baru ini, Sekretaris Angkatan Udara AS Heather Wilson mengatakan bahwa proyek APT paling lambat akan dipilih pada bulan Agustus tahun ini.
Satu-satunya produsen pesawat Korea Selatan telah mengklaim bahwa kualitas dari jet pelatihnya telah diverifikasi karena memiliki pengalaman dalam memproduksi lebih dari 100 unit T-50 Golden Eagle.
Tetapi pesaing dalam proyek, termasuk Boeing, telah bersaing ketat untuk melawan tim KAI-Lockheed Martin. Perusahaan Boeing bekerjasama dengan Saab dari Swedia untuk mengembangkan BTX-1, yang telah melewati uji terbangnya pada bulan Desember 2016, untuk berpartisipasi dalam penawaran.
Menurut sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan bahwa persaingan itu tampaknya menguntungkan bagi Boeing sejak awal karena ada “pendapat umum” di AS bahwa Boeing harus diberi peluang memenangkan kontrak karena Lockheed Martin telah memenangkan sebagian besar proyek oleh militer AS hingga saat ini.
Dia mencatat bahwa pendapat tersebut tampaknya telah menyebabkan “getaran negatif” lebih lanjut yang dihadapi KAI terutama setelah mantan CEO Ha Sung-yong dan eksekutif lainnya menghadapi penyelidikan jaksa dan didakwa atas dugaan suap dan penggelapan tahun lalu.
“KAI hampir kehilangan kesempatan untuk memenangkan tender”, katanya.
Pada hari Senin, The Washington Post telah melaporkan kecurigaan bahwa perusahaan aviasi Korea itu “mengamankan tinjauan integritas bisnis oleh Angkatan Udara AS dan memenangkan kontrak senilai hingga $ 48 juta” untuk perawatan jet tempur pada bulan Oktober, meskipun perusahaan itu adalah subyek investigasi korupsi pada saat itu.
Mengutip basis data publik dari informasi kontrak federal, Washington Post mengatakan bahwa KAI tidak melaporkan dakwaan kepada pemerintah AS, mencatat, “Secara sadar membuat pernyataan palsu pada sertifikasi adalah pelanggaran hukum federal”.
Seorang pejabat KAI telah membantah laporan tersebut, mengatakan bahwa pihaknya telah secara tulus mematuhi semua prosedur yang relevan sesuai dengan standar yang diberikan oleh pemerintah AS.
Laporan juga berfokus kepada kesepakatan KAI dengan pengacara pribadi Trump yaitu Michael Cohen yang sebelumnya merupakan konsultan untuk perusahaan penerbangan tersebut saat memenangkan tender. KAI membayar sebesar $ 150.000 kepada Essential Consultants, sebuah perusahaan induk dimana Cohen berada, ketika hubungan tersebut berakhir pada bulan November.
Meskipun tidak ada keterlibatan Cohen dalam pemberian kontrak, namun pembayaran tersebut menarik perhatian mengingat bahwa Cohen, sebagai teman dekat Trump, dan disebut sebagai saluran lobi oleh beberapa media AS.