F-4 Phantom Angkatan Udara Iran (foto : Wikipedia)
Penyusupan secara misterius F-4 Phantom oleh Iran Air Force terjadi di wilayah Uni Soviet pada 28 November 1973. Saat mencoba untuk menembak jatuh pesawat yang menyusup, pilot Soviet Guenadi Eliséyev terpaksa menabrak pesawat tempur buatan AS dengan kecepatan Mach 1.4 untuk menghentikannya dengan segala cara.
Hubungan politik antara Iran dan AS pada awal tahun 1970 sangat mesra hinga berakhir pada kudeta tahun 1953.
Kedekatan hubungan itu membuat Iran menjadi mitra yang dapat diandalkan, diantaranya adalah menjadikan Iran sebagai spionase terhadap Uni Soviet dalam kerangka Project Dark Gene.
Tujuan dari Project ini adalah untuk mengungkap titik lemah pertahanan udara Soviet untuk melihat kemampuannya apabila terjadi konflik.
Kontur perbatasan yang rumit antara Uni Soviet dan Iran bisa berkontribusi pada misi ini, karena pesawat pengintai dapat mengumpulkan informasi tanpa ditembak jatuh.
Pesawat tempur F-4 Phantom yang digunakan adalah versi pengintaian buatan AS yang terkenal, RF-4C milik Angkatan Udara Iran. Pesawat ini dilengkapi dengan beberapa kamera dan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi ketika terbang di atas wilayah musuh. Selain itu, RF-4C juga dipersenjatai dengan empat rudal udara-ke-udara.
RF-4C diawaki oleh pilot Iran Mohamad Shokuhnia ditemani oleh kolonel Amerika Serikat, John Saunders. Apabila misi gagal, mereka dapat berdalih bahwa militer AS mengajarkan pilot Iran menerbangkan pesawat tempur baru dan mereka tidak sengaja masuk perbatasan Uni Soviet.
Untuk mencegatnya, Uni Soviet meluncurkan MiG-21SM yang dipiloti oleh Kapten Guenadi Eliséyev .
MiG berhasil mengejar RF-4C yang terbang dengan kecepatan supersonik Mach 1.4. MiG-21SM mendapat perintah jika itu adalah pesawat transportasi, pilot Soviet harus memaksanya mendarat, namun jika pesawat tempur, pilot mendapat perintah sangat jelas, tembak jatuh.
Pilot Eliséyev meluncurkan dua rudal jarak dekat yang berhasil dihindari oleh pesawat tempur Iran. Setelah menerima perintah untuk menjatuhkan pesawat musuh dengan segala cara, pilot Rusia membuat keputusan untuk menabrak RF-4C.
Rencana awalnya adalah menabrak RF-4C dengan ringan di bagian belakang untuk merusak stabilisatornya. Namun, MiG-21SM menabrak dengan kecepatan penuh pesawat tempur buatan AS tersebut.
Pesawat Soviet hancur di tengah penerbangan dan sayangnya Eliséyev tidak dapat eject untuk menyelamatkan diri. Sementara itu, RF-4C mengalami kerusakan yang tidak terkendali, tetapi kedua pilot berhasil keluar menyelamatkan diri. Dimana keduanya kemudian ditangkap oleh pasukan penjaga perbatasan Uni Soviet yang sudah menunggunya.
Sekitar dua minggu kemudian keduanya dikembalikan ke Iran dengan imbalan data dari satelit Soviet yang jatuh tak lama kemudian di wilayah negara Iran.
Menariknya, pilot Iran Shokuhnia beberapa waktu kemudian ditembak jatuh oleh MiG Irak selama perang Iran-Irak pada tahun 1982.
Sejauh ini tidak diketahui mengapa pilot Soviet tidak menggunakan laras meriam MiG-21 untuk menembak jatuh pesawat penyusup. Menurut salah satu versi yang beredar, meriam itu macet saat melepaskan tembakan pertama.
Sputnik
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.