Medan, Militer.or.id – Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan atau BRSDM KP KKP – DPD RI sepakat bekerja sama membentuk Desa Inovasi Digital 4.0 di Sumatera Utara untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dirilis Antara pada Sabtu 1-12-2018.
“Banyak desa yang belum termanfaatkan termasuk di Sumut dan BRSDM KP KKP ingin membantu dengan membentuk Desa Inovasi Digital 4.0. Di Sumut, anggota DPD RI, Parlindungan Purba mensupport,”ujar Kepala BRSDM KP KKP, Prof Sjarief Widjaja di Medan. Ia mengatakan itu usai membicarakan rencana pembentukan Desa Inovasi Digital 4.0 di Sumut.
Selain anggota DPD RI asal Sumut Parlindungan Purba, hadir tokoh masyarakat Tuahman Purba, General Manager SBU Fleet and Operation Perikanan Indonesia, Agung Pamujo dan Kepala Balai Diklat Penyuluhan Perikanan Medan KKP, Mathius Tiku.
Menurut Sjarief, Sumut akan menjadi daerah kelima yang akan dijadikan Desa Inovasi Digital 4.0 setelah sebelumnya sudah berhasil dikembangkan di Desa Kaliwungu, Cilacap (Jawa Barat), Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta.
Selain Ikan Gabus, di Sumut ada potensi pengembangan Padi Mina dan sekaligus Udang Windu seperti di daerah lain yang sudah dikembangkan dan bisa menghasilkan Rp 40 juta per hektare.
Angka Rp 34 juta itu dihitung dari hasil padi sebanyak 4 ton dengan nilai ekonomis Rp 10 juta dan Udang Windu yang sebanyak 300 Kg dengan harga jual sekitar Rp 24 juta. “Tim akan turun dengan rencana pengembangan di Belawan, Serdangbedagai dan Kabupaten Asahan atau daerah lain. Rencananya awal tahun proyek Desa Inovasi Digital 4.0 di Sumut sudah bisa dimulai,”katanya.
Sebenarnya, potensi desa di Indonesia luar biasa, namun karena masih dikelola secara tradisional, hasilnya tidak maksimal bahkan banyak yang tidak digarap atau bermanfaat. Dengan adanya sentuhan teknologi, pendampingan dan penampungan hasil jual diharapkan desa – desa yang belum bermanfaat selama ini menjadi menghasilkan.
“Biar desa itu tetap desa, tetapi pengelolaannya dan penjualannya sudah mengadopsi teknologi ,”katanya. Ia memberi contoh Desa Kaliwungu Kabupaten Cilacap, dimana sudah berjalan program budidaya Sidan seperti belut tetapi ukurannya lebih besar atau Unagi sebutan di Jepang “Kalau kita makan Sushi, bahan bakunya itu namanya Unagi (belut air tawar).
Indonesia punya Unagi dan sudah di ekspor,” katanya. Produk itulah yang dewasa ini dikembangkan di Cilacap. Guru Besar Institut Teknologi Surabaya itu mengakui pembentukan Desa Inovasi Digital 4.0 itu memang mengacu pada potensi desa.
Di Jawa Timur, misalnya ada pengembangan Desa Inovasi Digital dengan Ikan Nila, dimana daging ikannya dijadikan makanan olahan dan kulitnya untuk hasil kerajinan. Di Depok, ada pengembangan Magot/larva lalat yang bisa dijadikan pakan ikan.
Anggota DPD RI asal Sumut Parlindungan Purba mengaku tertarik dengan pengembangan Desa Inovasi Digital 4.0 itu setelah melihat keberhasilan program tersebut di Provinsi lain. Di sekitar Belawan yang daerahnya ada air asin/bergaram, ternyata bisa dikembangkan padi dan sekaligus Udang Windu dan daerah lain seperti Deli Serdang bisa dikembangkan Ikan Gabus untuk diolah sebagai Albumin.
“DPD RI semakin tertarik dengan program itu karena dalam pelaksanaan masyarakat diberi bantuan benih, pakan, vaksin, lalu didampingi dan hasilnya ditampung untuk dijual serta masyarakatnya diajarkan menjual menggunakan sistem online,”katanya.
Dengan cara itu, maka program itu tidak akan sia-sia atau berhasil sehingga membantu pendapatan petani dan mengembangkan desa. Tokoh masyarakat, Tuahman Purba menyebutkan, pengembangan Ikan Gabus di Sumut sangat berpotensi seperti yang sudah dilakukan BRSDM KP KKP di Bogor.
Apalagi, katanya, Ikan Gabus itu merupakan bahan baku Albumin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel pascaoperasi dan harganya mahal atau jutaan Rupiah. “Selama ini Albumin dimpor. Kalau bisa dikembangkan di Sumut, jadi bisa di ekspor,”katanya.
General Manager SBU Fleet and Operation Perum Perikanan Indonesia, Agung Pamujo menegaskan, sebagai perusahaan BUMN, perusahaan itu siap menampung dan memasarkan produk yang dihasilkan Desa Inovasi Digital 4.0. “Kami sudah melakukan itu di desa lain yang sudah dikembangkan BRSDM KP KKP menjadi Desa Inovasi Digital 4.0 ,”ujarnya.
Kepala Balai Diklat Penyuluhan Perikanan Medan KKP, Mathius Tiku mengaku siap melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada petani atau nelayan yang akan menjadi peserta Desa Inovasi Digital 4.0.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.