07 Juli 2017
KRI Kurau 856 patrol craft dengan panjang 40 meter (photo : AkuratNews)
JAKARTA, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut membutuhkan 42 kapal patroli cepat 40 meter untuk dioperasikan di 14 pangkalan utama TNI AL yang tersebar di seluruh Nusantara. Semua kapal patroli itu akan diproduksi oleh galangan kapal dalam negeri.
“Hari ini, TNI AL menerima alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru, KRI Kurau 856, yang merupakan pengadaan kapal patroli cepat ke-20,” kata Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supandi di dermaga Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (6/7).
Saat ini, TNI AL punya 16 kapal patroli cepat dan empat kapal cepat rudal. Diharapkan hingga 2024 masih ada sekitar 20 kapal patroli cepat yang dibuat. ”Saya yakin bisa tercapai tujuh tahun. Semuanya kita beli di galangan kapal nasional,” kata Ade.
OTO Melara MARLIN (Modular Advanced Remotely Controlled Lightweight Naval Weapon Station), sistem senjata kaliber 30mm (photo : ARC)
Kebutuhan kapal patroli cepat itu direncanakan untuk mengisi 14 pangkalan TNI AL di seluruh Indonesia. Tujuannya, menjaga keamanan dan kedaulatan laut. Sementara kapal cepat rudal akan ditempatkan di Markas Komando Armada Barat dan Timur. Kalau di setiap lantamal memiliki kapal patroli, itu lebih efisien dari sisi logistik karena dekat dengan daerah operasi. ”Sebenarnya, kalau dihitung luas laut, kita butuh 200 kapal. Tapi, di masa damai, ada instansi lain, seperti kementerian dan Kepolisian Negara RI, yang punya kapal untuk keamanan laut,” tutur Ade.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksamana Madya Widodo juga mengungkapkan optimisme senada. Menurut dia, Kemhan memetakan galangan kapal yang mampu membuat kapal patroli. Ia menambahkan, banyak galangan kapal swasta nasional yang mampu membuat kapal patroli 40 meter. Selain itu, ada galangan yang bisa membuat kapal patroli cepat 62 meter. Untuk kapal jenis landing platform dock, ada industri swasta nasional yang ditunjuk.
Mast KRI Kurau 856, kapal patroli cepat 40 meter TNI AL (photo : Merdeka)
Lebih jauh, Ade mengatakan, pihak TNI AL juga melihat industri dalam negeri mampu membangun kapal-kapal sederhana, seperti kapal patroli 40 meter. Menurut dia, yang penting adalah persamaan dalam segi desain dan peralatan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan operasional TNI AL.
Direktur Utama PT Caputra Mitra Sejati (CMS) Kriss Pramono mengatakan, ini kapal patroli kedua yang dibuat perusahaannya. Galangan kapalnya mampu membuat beberapa kapal paralel. Saat ini, PT CMS juga membangun kapal serupa dengan KRI Kurau 856.
Kepala Dinas Penerangan AL Laksamana Pertama Gig Sipasulta mengatakan, KRI Kurau 856 itu memiliki kecepatan maksimal 24 knot dan kecepatan jelajah 18 knot. Kapal ini dapat bertahan enam hari di laut dengan kemampuan jelajah 3.022 kilometer.
(Kompas)