Militer.or.id – Pasukan Gabungan Sisir Pelabuhan Aden, Yaman.
Aden – Personel pasukan keamanan Yaman dalam jumlah besar yang didukung kendaraan lapis baja dikerahkan ke seluruh Kota Pelabuhan Aden di Yaman Selatan, setelah terjadinya bentrokan bersenjata dengan pria bersenjata tidak dikenal.
Satu sumber yang dekat dengan kepala Polisi Aden mengatakan kepada Xinhua, “Pasukan keamanan, yang disokong oleh koaliai pimpinan Arab Saudi, menggagalkan rencana yang ditujukan untuk menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan di kota ini.” Ia mengatakan pelaku teror yang tak diidentifikasi berusaha menyerbu markas pasukan keamanan di Kabupaten KhorMaksar, sehingga memicu bentrokan singkat bersenjata di daerah tersebut.
Personel pasukan keamanan diketahkan di seluruh lembaga penting pemerintah dan menangkap anasir teror itu tak lama sesudah bentrokan, ujar sumber tersebut.
Warga di Aden mengkonfirmasi kepada Xinhua, yang dipantau Antara pada Minggu 20-8-2017 di Jakarta pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi terus terbang di atas kota itu sesudah bentrokan bersenjata tersebut.
Satu Brigade Angkatan Bersenjata Arab Saudi yang terlatih baik, pada Kamis 17-8-2017 malam tiba di Aden untuk tujuan mengamankan Kota Pelabuhan Aden, kilang minyak dan kompleks presiden.
Sewaktu penggelaran personel pasukan elit Arab Saudi di Aden dilaksanakan, sempat ketegangan meningkat antara pemerintah Yaman yang diakui masyarakat internasional dan pemimpin militer yang setia kepada UAE di wilayah Selatan.
Kota Pelabuhan Aden di Yaman Selatan adalah markas Presiden Abdu-Rabbu Mansour Hadi dan pemerintahnya, yang disokong masyarakat internasional.
Aden menyaksikan beberapa kali serangan bersenjata pembunuhan yang direncanakan dengan baik sesudah pasukan dukungan Arab Saudi mengusir pasukan tempur Syiah Al-Houthipada Juli 2015 ke luar dari kota strategis itu.
Yaman sudah dirongrong perang saudara dan campur-tangan militer pimpinan Arab Saudi selama 2 tahun balakangan. Perang saudara tersebut meletus setelah anggota Al-Houthi dengan sokongan pasukan yang setia kepada mantan presiden, yang digantikan oleh pemerintah peralihan dukungan PBB dan secara militer pada September 2014 menduduki Ibu Kot Yaman, Sana’a.
Pemerintah yang sah menguasai beberapa wilayah Yaman Selatan dan sebagian wilayah Timur, sedangkan pasukan tempur Al-Houthi dan pasukan yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh menguasai bagian lain termasuk Sana’a.
PBB sudah beberapa kali mengadakan pembicaraan perdamaian antar-faksi yang berperang, tetapi semua faksi gagal mewujudkan landasan bersama, untuk menghentikan peperangan.
Perang saudara di Yaman, pertempuran darat dan serangan udara telah menewaskan lebih 10.000 orang, separuh dari mereka warga sipil, melukai lebih dari 35.000 orang dan mengakibatkan 2 juta orang terusirdari rumah mereka, ujar berbagai lembaga kemanusiaan. Antara/Xinhua-OANA, 20 Agustus 2017.