Militer.or.id – Angkatan Darat India Masih Belum Yakin dengan Rudal Anti Tank NAG.
Para ilmuwan India mengklaim telah menyelesaikan uji coba pengembangan rudal anti-tank buatan dalam negari yang dikenal sebagai Nag.
Angkatan Darat India, yang akan menjadi pengguna rudal anti tank Nag, menginginkan dilakukan lebih banyak lagi percobaan sebelum rudal anti tank Nag diproduksi dalam jumlah besar dan diserahkan ke Angkatan darat.
“Percobaan pengembangan dari rudal anti tank NAG yang dilakukan awal bulan ini hanya membuktikan sedikit keberhasilan, dan masih banyak lagi uji coba yang akan dibutuhkan,” kata seorang pejabat Angkatan Darat India. “Seluruh pelaksanaan ujicoba rudal Nag didaerah yang panas dan cuaca dingin akan memakan waktu lebih dari satu tahun, setelah itu rudal bisa siap untuk diproduksi.”
Angkatan Darat juga mengeluhkan mahalnya harga rudal Nag. Harga ATGM Nag sekitar US$ 500.000, hampir dua kali lipat dari harga rudal Spike Israel atau Javelin Amerika Serikat, menurut seorang pejabat Angkatan Darat.
Mahalnya harga rudal NAG karena menggunakan sensor termal buatan Rafael Israel dan Thales dari Prancis. Hingga kini sensor termal yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India masih belum “memenuhi persyaratan”.
Angkatan Darat telah memproyeksikan kebutuhan segera 2.000 ATGM Nag dalam jangka pendek dan 8.000 dalam jangka panjang.
Namun, Angkatan darat India hanya akan memesan 500 unit Nag setelah satu tahun, dan pesanan produksinya akan dilakukan secara bertahap.
Rudal NAG sejauh ini hanya diuji saat dipasang di kendaraan tempur BMP-2 versi India.
Pengembangan rudal yang diproduksi oleh pabrikan rudal negara, Bharat Dynamics Limited, sudah tertunda lebih dari 10 tahun. India akhirnya memutuskan untuk mengimpor rudal ATGM Spike yang ditembakkan dari bahu buatan Rafael Advanced Defense Systems Limited Israel, kata seorang pejabat Kementerian Pertahanan India.
Versi rudal Nag yang diluncurkan dari udara, yang disebut Helina, masih dalam tahap awal pembangunan, Angkatan Udara India harus membeli rudal anti tank yang dipasang di helikopter dari luar negeri karena lamanya prose pengembangan didalam negeri.
Defencenews