Militer.or.id – Ini Yang Dilakukan F-22 Saat Serangan di Suriah.
Militer.or.id – Komando Sentral Angkatan Udara AS telah mengubah akunnya tentang pesawat dan sistem rudal yang digunakan dalam serangan udara tanggal 14 April, menebarkan lebih banyak kebingungan dikalangan pengamat pertahanan, yang dilansir dari laman Air Force Times.
“F-22 Raptor memainkan peran integral selama serangan fajar Sabtu lalu di Suriah”, kata juru bicara Komando Pusat Angkatan Udara AS, Kapten Mark Graff menurut Air Force Times.
Pada pekan lalu, Kepala Staf Gabungan Letnan Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan bahwa dikarenakan aset udara AS tidak memasuki zona pertahanan udara Suriah, maka F-22 tidak digunakan untuk mendampingi pesawat-pesawat pembom.
Dia juga melaporkan bahwa 2 pesawat pembom B-1B AS meluncurkan 19 rudal jelajah baru, JASSM-ER, pertama kalinya senjata bermasalah buatan Lockheed Martin memulai debutnya dalam pertempuran.
Namun, dalam jumpa pers pada hari Kamis, McKenzie mengoreksi akunnya, dimana dia mengatakan telah “salah bicara” tentang penggunaan rudal JASSM-ER, yang memiliki jangkauan 1.000+ km dan hulu ledak 450 kg. Yang sebenarnya adalah menggunakan JASSM standar, jelasnya.
Menurut Sputnik News, JASSM memiliki jangkauan operasional sekitar 370 km, dan pertama kalinya memasuki layanan pada tahun 2009, dibandingkan dengan JASSM-ER, yang baru disetujui untuk penggunaan tempur pada bulan Februari tahun ini.
Sementara itu mengenai F-22, menurut Kapten Graff bahwa jet tempur generasi kelima tersebut memang telah berpartisipasi dalam operasi serangan fajar, tetapi hanya secara tak langsung, untuk melindungi pasukan darat selama dan setelah serangan.
#SYRIA #Rudskoy: B-1B, F-15 and F-16 aircraft, USAF, as well as Tornado airplanes, UK RAF, over the Mediterranean Sea, and the USS Laboon and USS Monterey, in the Red Sea, were used during the operation. Announced French aircraft have not been registered
— ?????????? ?????? (@mod_russia) April 14, 2018
Menurut Kapten Graff, jet tempur siliman F-22 memiliki kemampuan generasi kelima yang unik sehingga menjadikannya sebagai satu-satunya pesawat yang cocok untuk beroperasi di dalam sistem pertahanan udara terpadu Suriah (IADS).
F-22 ini, katanya menawarkan Angkatan Udara sebuah opsi yang dapat menetralisir ancaman IADS terhadap pasukan dan instalasi AS di kawasan tersebut, memberikan dukungan udara pelindung bagi AS, koalisi dan mitra di lapangan.
Komentar Graff tentang penggunaan pesawat siluman F-22 untuk dukungan darat itu sendiri dibantah oleh pernyataan Letnan Jenderal McKenzie pada hari Kamis. Dia tidak mengkonfirmasi apakah pesawat tersebut digunakan atau tidak, McKenzie pun berkata bahwa para pejuang hanya digunakan sebagai bagian dari “paket terpadu” melindungi pesawat pembom.
“Tidak ada pesawat tempur lainnya yang menembus lebih jauh dimana B-1 secara aktual meluncurkan JASSM dan kembali”, katanya.
In Syria Strike, F-22 Raptor Once Again Left on Combat Sidelines https://t.co/4v5zaA3iEb
— Military.com (@Militarydotcom) April 16, 2018
Tak jelas alasannya kenapa para pejabat Pentagon pada awalnya tidak mengungkapkan peran yang dimainkan oleh jet tempur F-22, dan apa yang menyebabkan laporan yang bertentangan mengenai penggunaannya. Dalam pengarahan setelah serangan, laporan media sebagian besar terbatas pada cerita tentang penggunaan F-15 dan F-16.
Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan penggunaan jet-jet tersebut dalam sebuah pengarahan pada hari Sabtu lalu, beberapa jam setelah dilakukannya serangan udara. Selain itu, beberapa media Rusia juga melaporkan penggunaan F-22 sebagai pesawat pendukung untuk B-1B.
Lordy. So on Saturday, we asked multiple times and were told multiple times that 1) The F-22 was not used in the Syria operation, and 2) It was the extended range JASSM launched from B-1. Now, five days later, USAF is saying neither was correct.
What a cluster.
— Aaron Mehta (@AaronMehta) April 19, 2018
Menurut sumber-sumber media pertahanan AS, bagaimanapun, mengeluhkan bahwa sebagian besar informasi tentang penggunaan F-22 yang sekali lagi tersisa digaris tepi pertempuran.
AS, Inggris dan Prancis telah menembakkan lebih dari 100 rudal jelajah melalui laut dan udara yang diluncurkan ke Suriah pada Sabtu pagi, 14 April lalu. Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, Suriah menggunakan sistem pertahanan udara era Soviet, termasuk sistem pertahanan udara Buk, S-125 dan S-200, untuk menetralisir serangan tersebut, menembak jatuh sekitar 70% dari rudal yang ditembakkan.
AS dan sekutunya memulai serangan 14 April menyusul dugaan serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur yang segera dipersalahkan kepada Damaskus. Pejabat Suriah dan Rusia telah mencirikan ‘serangan kimia’ itu sebagai bendera palsu yang digunakan sebagai alasan untuk meluncurkan serangan yang dipimpin AS.