Militer.or.id – Drone Siluman Canggih Memulai Debut di China Airshow 2018.
Militer.or.id – Kendaraan tempur siluman generasi baru (UAV) buatan China CH-7 atau Caihong-7 diperkenalkan pada hari Senin di China Airshow 2018 di Zhuhai, Provinsi Guangdong, China Selatan, dan dianggap sebagai pesawat tak berawak paling maju yang dikembangkan China.
Shi Wen, chief engineer dan perancang Caihong (CH), atau Rainbow UAV series China mengatakan kepada Global Times pada hari Senin bahwa kinerja CH-7 di banyak area jauh lebih baik daripada RQ-170 buatan AS, dan kemampuannya cukup dekat dengan RQ-180.
Dengan CH-7 menjadikan China sebagai negara kedua, setelah AS, yang empu untuk memproduksi UAV tempur yang memiliki daya tahan lama dengan kemampuan penetrasi tingkat lanjut, kata Shi.
Karena kemampuan, layanan ketinggian, fitur siluman dan ketahanannya yang tinggi, CH-7 dapat melakukan banyak misi dalam kondisi berbahaya, termasuk pengintaian, pengawasan, dukungan tempur, meluncurkan rudal atau membimbing senjata lain untuk menyerang target bernilai tinggi, menurut catatan Shi.
CH7 memiliki panjang 10 meter dan lebar sayap 22 meter. Ini memiliki berat take-off maksimum 13.000 kilogram, dengan ketinggian jelajah 10 – 13 km, kecepatan jelajah antara 0,5 – 0,6 Mach, dengan daya tahan penerbangan selama 15 jam, kata Akademi Aerospace Aerospace China (CAAA) pada hari Senin.
Drone siluman CH-7 sulit dideteksi, ia dapat menembus posisi musuh dan sedekat mungkin dengan target musuh untuk melakukan misi tempur selama mungkin.
“CH-7 dapat mencegat sinyal elektronika radar, dan secara bersamaan mendeteksi, memverifikasi dan memantau target bernilai tinggi, seperti stasiun komando musuh, situs peluncur rudal dan kapal angkatan laut”, kata Shi.
Menambahkan bahwa CH-7 juga memiliki teluk senjata internal, sehingga mampu meluncurkan senjata, seperti rudal anti-radiasi, rudal udara-ke-darat atau rudal anti-kapal dan bom berpandu presisi jarak jauh.
CH-7 rencananya akan diuji coba dalam 1 – 2 tahun ke depan dan dapat dikustomisasi.
Dibandingkan dengan negara-negara besar seperti AS ataupub negara-negara Eropa, China masih tertinggal, tetapi melalui integrasi dan optimalisasi sistem, China telah semakin dekat dengan AS dan negara-negara Eropa dalam penggunaan teknologi UAV.
“AS memiliki teknologi canggih di beberapa wilayah UAV, dan pasar UAV China sangat besar, sehingga China bersedia bekerjasama dengan Amerika Serikat pada penggunaan komersial dari UAV”, terang Shi.
Di masa depan, tim Shi akan lebih fokus pada pengembangan UAV dengan daya tahan ekstrim dan kecepatan tinggi serta kemampuan siluman, UAV jenis MALE, dan kemampuan lepas landas serta pendaratan vertikal.