Lebanon telah menerima tawaran bantuan Rusia yang terdiri dari jutaan peluru. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Saad al-Hariri sekaligus membantah kabar yang beredar sebelumnya bahwa negara itu menolak tawaran bantuan militer dari Moskow.
Berita bahwa tawaran Rusia ditolak pertama kali dilaporkan oleh surat kabar Lebanon al-Akhbar pada Senin 25 November 2018, yang mengatakan bahwa amunisi telah ditawarkan kepada tentara Libanon yang didukung Amerika telah ditolak.
Satu sumber militer menegaskan tentara telah menolak tawaran itu, dengan alasan teknis terkait jenis senjata yang digunakan oleh militer Lebanon dan tidak ada hubungannya dengan politik.
Kantor media Perdana Menteri Saad al-Hariri mengatakan artikel al-Akhbar “tidak memiliki kebenaran”. “Kantor Pers mengklarifikasi bahwa ini tidak benar dan pihak Rusia diberitahu tentang penerimaan untuk menerima sumbangan, dari mana Pasukan Keamanan Internal di Kementerian Dalam Negeri akan mendapat manfaat,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters Selasa 27 November 2018.
Al-Akhbar, yang mendukung Hizbullah Lebanon, kelompok Syiah yang sangat didukung Iran, mengatakan keputusan tentara untuk menolak tawaran Rusia itu bersifat politik dengan mengatakan Amerika Serikat menentang tentara yang menerima bantuan Rusia.
Sumber politik senior Libanon mengatakan kepada Reuters bahwa meski jenis senjata dan amunisi yang digunakan oleh tentara Libanon telah dikutip sebagai alasan untuk menolak tawaran Rusia, tekanan Amerika bisa menjadi alasan.
Amerika Serikat adalah donor terbesar bagi tentara Lebanon dengan memberikan dukungan lebih dari US$ 1,5 miliar sejak 2006.
Washington mengatakan dukungan itu bertujuan untuk memperkuat militer sebagai “satu-satunya” kekuatan militer yang mempertahankan Lebanon, di mana Hizbullah memegang kekuasaan signifikan, dan untuk melawan ancaman dari negara tetangga, Suriah.
Pasukan Rusia secara luas dikerahkan di negara tetangga Suriah untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad sejak tahun 2015 bersama kelompok-kelompok yang didukung Iran termasuk Hizbullah – yang terdaftar sebagai kelompok teroris oleh Washington.
Awal tahun ini, Rusia mengajukan apa yang tampaknya merupakan kerjasama militer yang lebih luas dengan Lebanon.
Sebuah rancangan persetujuan militer yang diterbitkan oleh kantor berita Rusia, TASS, pada bulan Februari, menetapkan sebuah perjanjian terbaru selama lima tahun termasuk meningkatkan pertukaran informasi, mengembangkan pelatihan militer dan memerangi terorisme.
Media lokal dan seorang diplomat Barat mengatakan Rusia menawarkan kredit senilai US$ 1 miliar kepada militer Libanon untuk pembelian senjata dan militer lainnya.
Sumber militer mengatakan militer menandatangani kesepakatan dengan Moskow pada 2017 untuk membeli 104 kendaraan transportasi militer dan perwira militer Lebanon masih menjalani pelatihan di Rusia.
Amerika Serikat telah meningkatkan tekanan terhadap Rusia secara global melalui sanksi dalam beberapa tahun terakhir termasuk aneksasi Crimea Ukraina pada 2014, serangan agen saraf di Inggris, dugaan campur tangan dalam pemilihan Amerika tahun 2016, dan perannya di Suriah.
Kami sangat menghargai pendapat anda. Bagaimanakah pendapat anda mengenai masalah ini? Tuliskanlah komentar anda di form komentar di bagian bawah halaman ini.