Militer.or.id – Perang Afghanistan Panjang Meski AS Tambah Pasukan.
Washington – Meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membuka pintu bagi penambahan tentara ke Afghanistan, sejumlah pakar mengatakan bahwa perang melawan kelompok Taliban di negara Asia Selatan itu masih akan berlangsung lama.
“Tidak ada jalan pintas untuk menyelesaikan persoalan ini,” kata Bill Roggio, pakar perang gerilya dari lembaga Foundation for Defence of Democracies.
“Semuanya masih nampak suram dalam beberapa waktu mendatang,” katanya, dirilis Antara, 22/8/2017.
Sebelumnya dalam pidato selama 30 menit di Washington, Trump mengatakan dia akan “memperluas kewenangan” bagi para komandan militer Amerika Serikat untuk menggelar operasi menumpas kelompok militan yang “menebar benih kekerasan dan kekacauan di Afghanistan.” Pidato itu menjadi dasar bagi penambahan tentara di Afghanistan yang saat ini berjumlah 8.400 personil, dengan tujuan mengakhiri konflik terlama yang melibatkan Amerika Serikat sejak 2001.
Trump sendiri tidak menyebut berapa banyak tentara tambahan yang akan dikirim atau berapa lama mereka akan bertugas di Afghanistan.
“Semuanya bergantung pada kondisi di medan pertempuran, bukan pada target waktu yang ditetapkan serampangan,” katanya.
Namun senior Gedung Putih mengatakan kepada Fox News, sekitar 4000 tentara disiapkan.
Kebijakan Trump untuk melibatkan tentara Amerika Serikat untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, sebetulnya merupakan kebijakan yang tidak diinginkan oleh para pendukungnya yang ingin agar pemerintah menghemat biaya perang yang hingga kini telah menghabiskan lebih dari 700 milyar dolar AS dan menewaskan lebih dari 2.400 tentara.
Trump, yang pada masa kampanye menentang perang, kini terpojok dan harus menelan ludahnya sendiri.
Kemenangan Taliban di sebagian wilayah Afghanistan kini memunculkan kekhawatiran akan terulangnya peristiwa tahun 1996. Saat itu kelompok Taliban berhasil menguasai pemerintahan dan memberikan tempat bagi Al Qaeda yang kemudian sukses merencanakan serangan 11 September 2001 di New York dan Washington.
“Pilihannya adalah kalah atau tidak kalah. Menang bukan merupakan pilihan,” kata James Dobbins, yang pernah menjabat sebagai perwakilan khusus Amerika Serikat di Afghanistan dan Pakistan dalam masa kepresidenan Barak Obama.
“Trump akan kalah jika dia menarik pasukan, namun dia juga akan kalah jika berdiam diri,” kata Dobbins yang menambahkan bahwa Trump “tidak akan kalah” dengan menambah tentara.
Tujuan utama strategi Trump adalah membantu pasukan Afghanistan memukul mundur Taliban dan menciptakan situasi imbang yang akan memaksa para pemimpin kelompok gerilyawan itu untuk berunding secara damai.
“Suatu hari, setelah semua upaya militer yang efektif, mungkin akan ada penyelesaian politik yang melibatkan sejumlah elemen Taliban,” ujar Trump.
Selain itu, penambahan tentara akan membuat “pemerintah Afghanistan punya waktu untuk menggalang dukungan dalam negeri, yang akan banyak membantu mereka dalam bernegosiasi dengan Taliban, ujar Scott Worden, dari lembaga Institute for Peace.